kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor tak perlu khawatir holding BUMN tambang


Kamis, 16 November 2017 / 22:47 WIB
Investor tak perlu khawatir holding BUMN tambang


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan memindahkan kepemilikan saham Negara di tiga emiten BUMN tambang kepada holding tambang, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Porsi saham publik tak berubah, analis menilai investor tak perlu khawatir.

Seiring pembentukan holding tambang, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) akan segera berubah status dari persero menjadi non-persero.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan melihat, tak ada perubahan signifikan dalam pemindahan kepemilikan saham Negara kepada Inalum. “Pemegang saham existing tidak ada yang berubah, justru ada tambahan sentimen positif untuk ketiga emiten,” ujar Alfred, Kamis (16/11).

Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menilai investor harusnya tak perlu khawatir dengan pemindahan kepemilikan emiten BUMN kepada holding. “Gak ada masalah karena valuasinya Inalum pasti naik ke atas, karena dia konsolidasi anak usaha,” tambah Hans.

Selanjutnya, bagi perusahaan public Hans melihat aka nada keuntungan. Ketika holding terbentuk, perusahaan holding memiliki aset yang besar. Tentunya hal ini memudahkan perusahaan untuk menarik pinjaman dan mencari pembiayaan. Sesama anak usaha juga akan berbagi bisnis, sehingga lebih menguntungkan.

Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia Sanusi juga melihat bahwa perusahaan akan lebih efisien ketika berada di bawah holding. Dengan demikian, investor juga lebih diuntungkan karena financial dan fundamental perusahaan akan lebih kuat.

“Saya kira memang sudah dari dulu harus seperti Ini. Kita sudah punya contoh yang baik dari holding semen dan pupuk. Persaingan bisnis jadi berkurang. Padahal kan persaingan juga menguras biaya yang besar,” ujar Sanusi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×