kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kata ekonom LPEM FEB UI soal dampak pemulihan ekonomi AS terhadap ekspor RI


Minggu, 28 Maret 2021 / 21:09 WIB
Ini kata ekonom LPEM FEB UI soal dampak pemulihan ekonomi AS terhadap ekspor RI
ILUSTRASI. Suasana aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (15/11/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat, pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang digadang terjadi lebih cepat bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan ekspor Indonesia. 

“Ekspor akan cukup terbantu karena memang negara tujuan ekspor Indonesia terbesar kedua adalah AS. Jadi, ini akan cukup membantu ekspor,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, MInggu (28/3). 

Namun, Riefky tetap mengingatkan bahwa ada dampak negatif yang membayang dari pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat di pasar keuangan, yaitu risiko terjadinya taper tantrum yang akan menyebabkan aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik. 

Baca Juga: Terusan Suez tersendat, bagaimana dampaknya ke perdagangan dari Indonesia?

Dengan adanya risiko taper tantrum dan capital outflow tersebut, bisa menjadi ancaman bagi nilai tukar rupiah. Mata uang garuda bisa depresiasi makin dalam. 

Tak hanya itu, risiko taper tantrum juga menyebabkan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang makin tinggi. Ini pun relatif berbahaya, karena saat Indonesia butuh utang luar negeri, maka bisa jadi bunganya akan lebih mahal. 

Namun ke depannya, Riefky melihat tak ada salah bagi Indonesia untuk tetap memperkuat ekspor. Apalagi, dengan momentum pemulihan ekonomi negara Paman Sam tersebut. Namun, Indonesia juga harus bersiap, terutama dari sisi supply.

Pertama, produsen domestik dituntut untuk bisa memenuhi permintaan. Sayangnya, Riefky melihat tuntutan ini baru bisa akan terpenuhi saat produsen sudah berproduksi normal seperti pra Covid-19 yang pada saat itu tidak ada pembatasan aktivitas. 

Kedua, Indonesia juga harus melakukan diversifikasi produk ekspor karena saat ini ekspor andalan Indonesia adalah barang komoditas dan barang nilai tambah rendah (low value-added). 

Baca Juga: BI perkirakan inflasi Maret 2021 sebesar 0,08% mom

Ini sangat rentan, karena memang saat ini harga komoditas sedang meningkat. Namun, bisa saja sewaktu-waktu harga komoditas turun. Ini bisa menyebabkan ekspor tekor dan berimplikasi pada defisit neraca perdagangan. 

“Oleh karena itu, kita harus segera memproduksi barang-barang nilai tambah tinggi dan memang ini bukan dalam waktu sebentar. Namun, bisa jadi perhatian pemerintah,” tambah Riefky. 

Ke depan, Riefky melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Ekspor memang akan memberi kontribusi, tetapi tidak signifikan. 

Ia memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,5% hingga 5%. Pemerintah perlu tetap menjaga optimisme masyarakat dan roda perekonomian tetap berjalan. Namun, dengan adanya vaksinasi, bisa menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. 

Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri: Ekonomi AS pulih lebih cepat, jadi peluang bagi ekspor Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×