kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini cara 88 Multifinance hindari ancaman pailit


Senin, 23 Januari 2017 / 17:08 WIB
Ini cara 88 Multifinance hindari ancaman pailit


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Perusahaan pembiayaan PT Kembang Delapan Delapan Multifinance / 88 Multifinance bersiap mendatangkan investor dan melepas aset pribadi direksinya untuk membayar tagihan kepada para kreditur.

Kuasa hukum Kembang 88 Multifinance Verry Sitorus mengatakan, kedua langkah itu akan ditempuh demi mempertahankan perusahaan. Hal itu melihat dari pendapatan perusahaan yang negatif sejak 2015, tapi kewajiban perusahaan per 31 Desember 2016 mencapai Rp 1,36 triliun.

Adapun kreditur Kembang 88 berasal dari 22 bank yang mayoritas berbasis syariah seperti Bank Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BCA Syariah. Namun begitu, tagihan terbesar dipegang oleh Bank Mumalat Rp 382,91 miliar, Bank CIMB Niaga Rp 247,85 miliar, dan Bank BNI Rp 168,1 miliar.

"Namun untuk selengkapnya kami akan serahkan dalam proposal perdamaian yang masih disusun yang jelas kami terbuka kepada investor," ucap Verry, Senin (23/1). Pihaknya berjanji proposal perdamaian sudah bisa didisitribusikan pada 13 Februari nanti.

Sementara itu dalam rapat kreditur, kuasa hukum CIMB Niaga Duma Hutapea meminta 2-3 hari kedepan bagi debitur (Kembang 88) untuk menyerahkan daftar aset perusahaan. Hal itu sebagai acuan penilaian apakah proposal perdamaian yang ditawarkan realistis atau tidak.

Mengenai aset, salah satu pengurus Kembang 88 Andrey Sitanggang mengatakan, berdasarkan laporan keuangan terakhir aset perusahaan tercatat hanya sebesar Rp 866 miliar. Aset tersebut antara lain dari piutang konsumen yang mencapai Rp 504 miliar dan agunan yang diambil alih Rp 185 miliar.

Meski demikian, pihaknya perlu mengecek kembali terkait aset-aset tersebut. Andrey juga menghimbau kepada para kreditur untuk menyerahkan tagihannya paling lambat 7 Februari.

Ditemui seusai persidangan, Andrey menyampaikan, debitur memerlukan adanya dana segar atau fresh money untuk kembali beroperasi dengan baik. "Salah satu langkahnya adalah dengan investor baru," tambahnya.

Kemudian, ia juga perlu memeriksa dokumen para kreditur. Sebab, sepengetahuannya, meski mayoritas kreditur adalah bank bukan berarti seluruhnya kreditur pemegang jaminan (separatis).

Alasannya, bisnis pembiayaan ada yang menganut model joint financing, yakni bank memberi dana sekian persen ke konsumen dan sekian persen ke multifinance. Model lainnya yaitu sistem working capital di mana bank hanya memberikan pinjaman ke multifinance.

“Kami akan lihat dulu, apakah kreditur memberikan kredit ke konsumen langsung atau ke multifinance. Jadi kita bisa memutuskan apakah betul yang dimaksud debitur adalah Kembang 88 atau malah debiturnya konsumen," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×