kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri jamu kian aduhai


Jumat, 04 Agustus 2017 / 14:53 WIB
Industri jamu kian aduhai


Reporter: Agung Hidayat, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Industri obat-obatan herbal seperti jamu, diyakini masih memiliki prospek menjanjikan. Apalagi, saat ini tren masyarakat banyak memilih menggunakan obat-obatan alami dibanding obat kimiawi.

Tak heran, potensialnya pangsa pasar obat herbal ini memicu pelaku industri farmasi berbondong-bondong ke sektor ini dan berlomba memproduksi varian produk baru. Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengatakan, bisnis obat herbal dan jamu yang semakin terbuka menyebabkan Kalbe Farma terus mengeluarkan varian produk baru untuk memperkuat penjualan.

Produk-produk yang dimaksud antara lain obat untuk batuk, dan masuk angin. "Kami mulai dengan beberapa produk seperti Komix herbal, Bejo Bintang Toedjoe Masuk Angin, Woods Herbal, dan lainnya," kata Vidjongtius, saat dihubungi KONTAN, Kamis (3/8).

Secara total, kapasitas produksi obat berbasis herbal dari emiten berkode saham KLBF di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mencapai 50 juta sacet per bulan. Melihat respons yang baik di masyarakat, tidak menutup kemungkinan produksi dapat lebih dikembangkan lagi.

Bersaing ketat

Produsen obat-obatan herbal dan jamu lain yang mengendus potensi menjanjikan dari bisnis ini adalah PT Martina Berto Tbk. Seperti Kalbe Farma, emiten berkode saham MBTO di BEI ini merencanakan penambahan dua jenis varian obat herbal dalam bentuk sacet dan siap minum.

Unit Head Herbal Division Martina Berto Bernard T. Widjaja mengatakan, persaingan bisnis produk herbal dan jamu cukup sesak dengan masuknya pemain-pemain baru. "Dengan masuknya pendatang baru pada suatu industri secara otomatis akan mempengaruhi peta persaingan dan market share," terang Bernard.

Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan, telah banyak pelaku industri farmasi yang mengembangkan produk herbal termasuk jamu. Akibatnya, banyak industri jamu kecil tersisih. "Industri jamu kecil mau tidak mau harus berkompetisi dengan pemain besar," kata Dwi.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, persaingan bisnis obat-obatan herbal dan jamu masih ketat dan sulit berkembang. Apalagi jenis produk yang ditawarkan relatif sama, contohnya adalah minuman kesegaran. "Mereka memiliki judul yang sama, yaitu minuman kesegaran. Namun pasar yang didapatkan terbatas karena banyak produk saingannya," katanya.

(Agatha Claudia Pascal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×