kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia dinilai perlu mendorong lahirnya pengusaha baru melalui kampus


Kamis, 08 April 2021 / 21:52 WIB
Indonesia dinilai perlu mendorong lahirnya pengusaha baru melalui kampus
ILUSTRASI. Konferensi Internasional GITA.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dinilai perlu terus menambah jumlah entrepreneur-nya agar bisa keluar dari perangkap negara berpenghasilan menengah menjadi berpenghasilan tinggi. Pasalnya, para entrepreneur tersebut berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja, yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kinerja perekonomian suatu negara. 

Jika perekonomian negara tersebut terus meningkat akan berkontribusi pada terciptanya masyarakat madani dan sejahtera, serta stabilitas bagi negara tersebut.

Merujuk laporan Global Entrepreneuship Index 2018 (GEI) yang dirilis oleh The Global Entrepreneurship Development Institute (GEDI), Indonesia masih menempati peringkat ke-94 dari 137 negara. 

Baca Juga: DOKU perkenalkan Jokul, inovasi pembayaran digital untuk segala fase bisnis

Merujuk laporan GEI, Indeks Entrepreneurship Indonesia masih kalah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Brunei Darussalam di peringkat 53, Malaysia peringkat 58, Thailand 71, bahkan Filipina 84 dan Vietnam 87.

Laporan GEI ini membahas keterkaitan antara entrepreneurship, pembangunan ekonomi, dan kesejahteraan. Menurut GEDI, entrepreneurship berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja, kinerja ekonomi, dan stabilitas di negara tersebut.

Laporan GEI 2018 juga memasukkan data tentang Human Capital Score. Merujuk laporan tersebut, Human Capital Score Indonesia juga masih terbilang rendah, yakni 16%. Bandingkan dengan Thailand yang Human Capital Score-nya 49%, Malaysia 63% atau AS yang 100%.

Neil Towers, project leader Growth Indonesia – a Triangular Approach (GITA) mengatakan, Indonesia masih perlu terus menambah jumlah entrepreneur-nya. “Skor human capital Indonesia masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara tersebut,” kata Towers yang juga pakar retail marketing dari University of Gloucestershire, United Kingdom, dalam Konferensi Internasional GITA yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (8/4).

Towers menambahkan, salah satu tempat untuk mencetak pengusaha-pengusaha baru adalah perguruan tinggi. Di beberapa negara maju, memang banyak pengusaha yang lahir di lingkungan kampus. Mark Zuckerberg mendirikan Facebook saat masih kuliah di Harvard University. Perusahaan-perusahaan seperti Yahoo! Inc., Google, Facebook, FedEx adalah bisnis-bisnis yang lahir dari kampus. 

Baca Juga: Tanamduit masuk 5 startup reksadana teratas di dunia

Di Amerika Serikat, Stanford University adalah universitas yang banyak melahirkan pebisnis dari lingkungan kampus. Upaya untuk melahirkan lebih banyak pengusaha dari lingkungan kampus itulah yang dilakukan oleh konsorsium GITA yang dipimpin oleh Towers. Konsorsium ini beranggotakan tujuh universitas dari Indonesia dan empat universitas dari Eropa.

Towers melaporkan, bahwa GITA telah melahirkan 112 perusahaan rintisan (startup) baru dengan nilai bisnis mencapai Rp 115,4 miliar. Ini adalah bukti nyata keberhasilan GITA dalam melahirkan pengusaha-pengusaha baru dari lingkungan kampus.

Selain itu, pada ajang konferensi internasional tersebut konsorsium GITA juga mengumumkan pemenang kompetisi mahasiswa tingkat nasional untuk proposal bisnis yang berkelanjutan dan pembentukan asosiasi yang melibatkan perguruan-perguruan tinggi anggota konsorsium GITA.

Rektor President University Jony Oktavian Haryanto menambahkan jika ingin menjadi negara maju, sejajar dengan negara-negara seperti AS, Inggris, atau Jerman, Indonesia harus menjadikan kampus-kampusnya sebagai kawah candradimuka untuk mencetak lahirnya pengusaha-pengusaha baru.

“Untuk sampai ke sana, tentu banyak hal yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi. Kami di President University, misalnya, bahkan sampai merombak kurikulum dengan memasukkan mata kuliah entrepreneurship sedini mungkin. Kami juga mendirikan inkubator bisnis, menggandeng para praktisi  bisnis untuk menjadi mentor dan investor bagi bisnis-bisnis yang dirintis oleh mahasiswa,” katanya.

Selanjutnya: Perusahaan insurtech gencar ekspansi ke Asia Tenggara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×