kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faisal Basri: Prediksi ekonomi tumbuh hanya 4,9%


Senin, 05 Desember 2016 / 19:29 WIB
Faisal Basri: Prediksi ekonomi tumbuh hanya 4,9%


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini diperkirakan bisa berada di bawah perkiraan pemerintah. Seperti diketahui, target pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang menjadi pegangan pemerintah saat ini sebesar 5%.

Namun, menurut ekonom Faisal Basri, target itu masih terlalu tinggi, karena pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya sebesar 4,9%. Salah satu penyebabnya adalah investasi yang diperkirakan akan melambat cukup besar.

Pelambatan itu disebabkan karena minimnya keinginan sektor swasta untuk melakukan ekspansi usaha. Mengingat, suku bunga kredit yang diharapkan turun belum juga terjadi.

Padahal, share pertumbuhan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 64%, masih lebih tinggi dari peran konsumsi pemerintah yang hanya 9,7% terhadap pertumbuhan total. Pelambatan investasi sebetulnya sudah terjadi sejak kuartal III-2016 yang berada di bawah 5%.

Faisal melihat penyebab bunga kredit perbankan yang masih tinggi karena likuiditas di pasar yang terbatas. “Terjadi tarik menarik likuiditas antara pemerintah dengan swasta,” ujar Faisal, Senin (5/12).

Melebarnya batas defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 dari 2,35% menjadi 2,7% telah menyedot ketersediaan dana di pasar. Sebab, untuk menutupi defisit tersebut pemerintah menambah jumlah target pembiayaan tahun ini.

Dalam APBN-P 2016 target pembiayaan melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) gross dipatok Rp 611,4 triliun. Nah, dengan pelebaran defisit maka target penerbitan SBN bruto menjadi Rp 654,4 triliun.

Jika melihat realisasi penerbitan sampai kuartal III-2016 yang sudah sebesar Rp 585,6 triliun, maka sepanjang kuartal IV-2016 pemerintah harus menerbitkan SBN sebesar Rp 25,8 triliun.

Namun, ekonom Sampoerna University Wahyoe Soedarmono berpandangan lain. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak akan lebih rendah dari tahun lalu. Berbagai kebijakan pemerintah, cukup memberikan kontribusi positif terhadap dunia usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×