kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor mebel diproyeksi tumbuh 6% tahun ini


Minggu, 12 November 2017 / 17:04 WIB
Ekspor mebel diproyeksi tumbuh 6% tahun ini


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor mebel dan kerajinan kayu Indonesia diproyeksi bakal tumbuh sampai akhir tahun ini. Meski demikian industri mebel masih menghadapi tantangan di dalam negeri.

Abdul Sobur, Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi & Hubungan Antar Lembaga Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) menyesalkan banyaknya regulasi yang menghambat perkembangan industri ini, khususnya untuk ekspor. "Hambatan mulai dari beban kewajiban Surat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), Bunga bank yg masih tinggi dan lainnya," kata Abdul kepada KONTAN (12/11).

Soal SVLK menjadi keluhan utama sebab HIMKI mencatat mayoritas mebel yang diekspor adalah dari produk kayu dan rotan. Pelaku industri menilai pemerintah masih mengabaikan potensi industri ini.

Padahal, kata Abdul, industri ini dari skala kecil sampai besar setidaknya menggerakkan 2,7 juta lapangan pekerjaan baik secara langsung maupun tidak. Di tengah pasar mebel global yang ditaksir mencapai nilai US$ 150 miliar, Indonesia baru mencuil kurang dari 1% pangsa pasarnya.

Berdasarkan data HIMKI, sampai dengan Agustus 2017 total ekspor mebel Indonesia berada pada US$ 1,26 miliar. "Jika dibandingkan tahun lalu ada kenaikan sekitar US$ 65 juta," sebut Abdul.

Jika pada kuartal ketiga yakni sembilan bulan pertama tahun lalu ekspor mebel sebesar US$ 1,2 miliar, maka dengan perolehan sampai Agustus tersebut HIMKI optimis bisa meraih pertumbuhan yang cukup signifikan sampai akhir tahun. "Semoga sampai akhir tahun bisa tumbuh di atas 6%," kata Abdul.

Artinya, berkaca pada perolehan ekspor di tahun lalu yang US$ 1,8 miliar, dengan target tersebut maka proyeksi ekspor mebel di 2017 ini bakal mencapai US$ 1,9 miliar. Pada awalnya HIMKI tercatat menargetkan eskpor mebel tahun 2017 hanya US$ 2,4 miliar.

Namun kondisi bisnis dan regulasi di dalam negeri dipandang belum terlalu mendukung iklim bisnis mebel. Kata Abdul, saat ini industri masih kesulitan mendapatkan bahan baku seperti rotan, kayu jati dan mahoni. Selain itu, jaringan logistik dan distribusi semakin berat lantaran kelangkaan bahan baku tersebut menyebabkan ongkos pengangkutan turut naik.

Dengan target di bawah US$ 2 miliar, Indonesia sampai akhir tahun diperkirakan masih belum bisa menyalip kompetitor asal Asean. Seperti Vietnam yang US$ 7 miliar dan Malaysia, US$ 2,4 miliar nilai ekspornya tiap tahun.

Pemerintah menargetkan sampai 2019 industri ini bisa ekspor mebel sebanyak US$ 3,2 miliar dan kerajinan kayu US $ 1,8 miliar. "Target tersebut perlu kerja ekstra keras dan pemerintah mesti bantu all out industri ini," ujar Abdul.

Ia pun mewanti-wanti bahwa dalam 2 tahun tersebut negara kompetitor di ASEAN seperti Malaysia dan Vietnam berpeluang menggenjot penjualannya lebih tinggi lagi. HIMKI berharap pemerintah dapat memberikan subsidi untuk peremajaan alat, revitalisasi teknologi dan sarana untuk mengejar kecepatan produksi dan efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×