kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Indonesia ke China, AS, dan Inggris penyebab ekspor April tertekan


Selasa, 15 Mei 2018 / 16:26 WIB
Ekspor Indonesia ke China, AS, dan Inggris penyebab ekspor April tertekan
ILUSTRASI. Pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di luar dugaan, neraca perdagangan April 2018 mencatat defisit besar, mencapai US$ 1,63 miliar. Selain karena lonjakan impor yang signifikan, defisit tersebut terjadi karena turunnya ekspor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor April 2018 sebesar US$ 14,47 miliar, turun 7,19% dibanding bulan Maret 2018 dan tumbuh 9,01% year on year (YoY).

Secara bulanan, ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama, terutama China. Jika menarik data BPS sejak awal tahun 2018, penurunan ekspor Indonesia ke China, baru pertama kali terjadi.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ekspor non migas Indonesia ke China pada April 2018 sebesar US$ 1,82 miliar, turun 22,81% dibanding bulan sebelumnya.

Penyebabnya, lantaran China berusaha menahan produksinya yang menyebabkan permintaan barang ekspor dari Indonesia tertahan.

Beberapa jenis komoditas ekspor Indonesia ke China yang mengalami penurunan, yakni bahan bakar mineral, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewan nabati.

"Karena China situasi perdagangan dunia yang masih agak susah ditebak, China sedang berupaya menahan kan banyak faktor eksternal, mulai perang tarif, geopolitik, dan kenaikan bunga Fed," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (15/5). Apalagi, struktur ekspor Indonesia masih bertumpu pada komoditas.

Selain itu, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat turun 9,98% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama karena penurunan ekspor barang-barang dan rajutan, besi dan baja, serta minyak dan minyak hewan nabati.

Sementara ekspor Indonesia ke India turun 13,25%, terutama karena penurunan bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

Ke depan, Suhariyanto bilang, Indonesia harus mempercepat diversifikasi barang ekspor, pasar ekspor dan meningkatkan daya saing produk ekspor domestik.

"Itu merupakan suatu keharusan karena nanti kita yang rugi ketika pertumbuhan ekonomi bagus kemudian agak kegerek ke bawah hanya karena defisitnya melebar. Kan sayang," tambahnya.

Untuk diketahui, penurunan ekspor April dibanding Maret ini terjadi baik pada ekspor migas maupun non migas, yang masing-masing sebesar 11,32% dan 6,8%.

Ekspor migas yang turun disebabkan oleh penurunan pada ekspor hasil minyak dan minyak mentah, tapi ekspor gas naik. Sementara ekspor non migas yang turun disebabkan oleh penurunan ekspor pengolahan dan pertambangan.

BPS juga mencatat, penurunan ekspor dipengaruhi oleh penurunan rata-rata harga sejumlah komoditas, terutama CPO, batubara, dan karet.

Direktur Distribusi Statistik BPS Anggoro menyebut, harga rata-rata CPO turun dari US$ 681 per metriks ton di Maret 2018 menjadi US$ 666 per metriks ton, batubara turun dari US$ 95,7 per metriks ton menjadi US$ 94,2 per metriks ton, dan karet turun dari US$ 1,76 per kilo gram (kg) menjadi US$ 1,73 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×