kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Pertumbuhan 5% bisa jadi equilibrium baru


Rabu, 07 Desember 2016 / 21:51 WIB
Ekonom: Pertumbuhan 5% bisa jadi equilibrium baru


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut pertumbuhan ekonomi sebesar 5% bisa menjadi keseimbangan baru untuk negara-negara emerging market. Menurutnya, bisa jadi emerging market pada tahun-tahun ke depan akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi 6%-7%.

Menurutnya, pada masa yang lalu, negara emerging market bisa bertahan lantaran menjadikan industrialisasi dan perdagangan sebagai strategi ekonominya, misalnya Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura. Strategi tersebut lanjut Chatib, dimungkinkan dalam perdagangan bebas lantaran saat itu kompetisi terhadap China dan Amerika Serikat (AS) tidak terlalu kuat.

Namun demikian, strategi ekonomi yang hanya tergantung pada perdagangan tidak dapat dilakukan dalam lima hingga 10 tahun ke depan. Sebab, resistensi terhadap globalisasi saat ini menjadi sangat dominan.

"Apa yang terjadi dengan Brexit, apa yang terjadi dengan Italia, Trump (yang berencana menerapkan kebijakan proteksionis) menunjukkan resistensi terhadap globalisasi. Sehingga kalau tidak bisa dengan industrilisasi dan perdagangan lalu apa?," kata Chatib di JW Marriot Hotel, Rabu (7/12).

Lebih lanjut, menurutnya, negara berkembang termasuk Indonesia bisa menjadikan jasa sebagai strategi ekonomi. Namun demikian, untuk beralih ke sektor jasa, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan institusi yang kuat. Sedangkan banyak negara berkembang yang tersandung persoalan tersebut.

"Jadi di tengah situasi seperti ini kalau bicara pertumbuhan ekonomi 5%, jangan-jangan itu kondisi equlibrium baru," tambahnya.

Chatib menggambarkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6%. Namun hal itu terjadi saat pertumbuhan ekonomi China mencapai 12%. Sementara saat ini, China tengah mengalami pertumbuhan yang melambat, begitu juga yang dialami Eropa dan AS, sehingga tidak ada lagi lokomotif pertumbuhan ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×