kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Efek kenaikan bunga acuan 50 bps belum terasa di dunia usaha


Jumat, 06 Juli 2018 / 18:10 WIB
Efek kenaikan bunga acuan 50 bps belum terasa di dunia usaha
ILUSTRASI. Gedung Bank Indonesia (BI)


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Pemerintah tak bisa berharap banyak pada pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Sebab, jika ibaratnya ekonomi adalah kolam yang memiliki dua keran, keran pertama yakni likuiditas dari sisi moneter yang sudah tertutup dengan ketatnya stance moneter Bank Indonesia (BI).

Meski demikian, dunia usaha menyatakan bahwa sejauh ini efek kenaikan suku bunga acuan yang beberapa waktu lalu diputuskan BI dalam RDG 28-29 Juni kemarin belum terasa.

Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Investasi Apindo Shinta Kamdani mengatakan, belum terasanya efek dari kenaikan suku bunga acuan adalah lantaran adanya dampak dari lebaran.

“Sampai saat ini belum ada dampak yang berarti karena kemarin juga baru habis lebaran ditambahkan dengan libur yang cukup panjang sehingga konsumsi masih cukup tinggi,” kata Shinta kepada Kontan.co.id, Jumat (6/7).

Selain itu, Shinta mengatakan, industri masih bergerak. Hal ini melihat defisit perdagangan Mei lalu yang sampai US$ 1,5 miliar lebih di mana impor bahan baku berkontribusi terhadap hampir tiga per empat persen total impor.

“Ini menunjukkan industri masih bergerak dan ekspor sendiri juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik sampai hampir 10% dari bulan sebelumnya,” ucap dia.

“Kita akan melihat dulu dari sisi demand masyarakatnya dan ini tidak bisa dilihat dalam waktu 1-2 bulan,” lanjutnya.

Ia menyambung, efek kenaikan suku bunga bakal terasa ke dunia usaha usai bank-bank melihat apa perlu menaikkan suku bunga mereka atau tidak. Namun demikian, dunia usaha juga mewaspadai hal ini untuk berekspansi.

“Tapi kita tetap mewaspadai kemungkinan itu karena properti sendiri sepertinya memang ada penurunan permintaan juga. Untuk otomotif masih bagus,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×