kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cantrang dilarang, bisnis surimi di ujung tanduk


Selasa, 12 Desember 2017 / 06:25 WIB
Cantrang dilarang, bisnis surimi di ujung tanduk


Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bila tak ada aral melintang, mulai Januari 2018, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara resmi akan melarang penggunaan cantrang untuk menangkap ikan. Kebijakan ini dikhawatirkan akan makin membuat keberlangsungan industri surimi di Tanah Air terancam.

Sebab, sejak KKP mewacanakan pelarangan cantrang, produksi industri surimi sudah turun signifikan karena kekurangan bahan baku. Hal itu terlihat dari produksi PT Southern Marine Products (SMP) yang mengaku produksinya turun 60% sejak adanya wacana pelarangan cantrang.

Sejak kebijakan itu disosialisasikan, banyak kapal penangkap ikan yang tidak lagi menggunakan cantrang. "Jadi saat ini pabrik kami hanya dapat mengolah rata-rata 40% dari kapasitas produksi saja," ujarnya Direkur SMP Agus Amin Thohari kepada KONTAN, Senin (11/12).

Kelangkaan bahan baku berdampak langsung pada kenaikan harga bahan baku surimi. Saat ini rata-rata harga surimi Rp 8.000–Rp 8.500 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 7.000–Rp 7.500 per kg. Menurutnya, bila KKP tetap melarang penggunaan cantrang pada tahun depan, maka sudah pasti industri surimi akan gulung tikar.

"Padahal industri surimi itu orientasinya ekspor. Tapi karena sekarang bahan bakunya tidak pasti, banyak buyer yang sudah berpaling ke negara lain seperti India dan Vietnam,"sesalnya.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang kelautan dan perikanan Yugi Prayanto mendesak KKP memberikan solusi pemenuhan bahan baku untuk industri surimi. Sebab kelangsungan usaha industri ini sangat ditentukan ketersediaan bahan baku. "Pelarangan penggunaan cantrang otomatis mematikan usaha ini,"imbuhnya.

Terkait solusi impor bahan baku yang sempat ditawarkan KKP, Yugi bilang, solusi tersebut tidak tepat lantaran harga bahan baku surimi lebih mahal dibandingkan harga lokal. Kondisi ini justru menyulitkan industri surimi bersaing di pasar ekspor yang selama ini menjadi pasar utama mereka.

Ia menambahkan, KKP jangan hanya fokus pada produksi dan ekspor ikan berukuran besar, tapi industri surimi yang diminati pasar ekspor justru dilupakan. Surimi merupakan daging ikan yang dilumatkan, menjadi bahan baku untuk produk-produk olahan ikan seperti bakso, crabstick, dan tempura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×