kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BPPT kejar deadline kajian kereta Jakarta-Surabaya


Selasa, 28 November 2017 / 21:36 WIB
BPPT kejar deadline kajian kereta Jakarta-Surabaya


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) masih melakukan tahap penyelesaian kajian kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.

Direktur Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi Rizqon Fajar, menyatakan pihaknya akan membawa hasil kajian proyek tersebut kepada Kementerian Perhubungan pada 15 Desember 2017.

Dalam kajian tersebut BPPT memberikan masukan terkait skenario proyek tersebut. Ia bilang pihaknya mengusulkan kajian pembangunan jalur baru atau menggunakan jalur existing.

"Kita sesuaikan dengan kemampuan fiskal pemerintah. Pakai diesel oke, pakai listrik kalau ada dananya why not,"kata Rizqon kepada KONTAN, Selasa (28/11).

Menurutnya, penggunaan kereta listrik dalam proyek tersebut memang lebih baik ketimbang diesel. Namun pemerintah harus membuat jalur baru.

"Tapi bisa dibikin tahapannya. Jalur baru pakai kereta diesel dulu baru ke depan ganti menjadi listrik," jelas dia.

Nah, bila menggunakan listrik, pemerintah juga harus berinvestasi untuk jalur listriknya juga. Memang agak lebih mahal ketimbang pakai jalur existing.

"Nilai investasinya memang berbeda. Tapi jangka panjang belum tentu, bisa saja lebih murah karena menggerakkan perekonomian atau penumpangnya lebih banyak,"imbuhnya.

Untuk itu pihaknya akan memberikan kajian beberapa substansi untuk memberikan masukan ke Kemhub. Di antaranya, perbaikan jalur existing, pembuatan jalur baru, biaya investasi, teknologi kereta dan estimasi biaya tiket.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Kemhub, Sugihardjo bilang pihaknya masih akan mengkaji masukan dari BPPT dan JICA.

Malahan, ia bilang akan meminta pihak ketiga untuk memberikan masukan terkait proyek ini lantaran masih ada perbedaan pendapat.

"Kajian dari Jepang itu bagus dan ideal tapi costnya terlalu mahal. Kita mau kaji secara komprehensif supaya target waktu tempuh lima jam tercapai tapi costnya tidak terlalu tinggi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×