kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arab Saudi menyiapkan obligasi mata uang yuan


Jumat, 25 Agustus 2017 / 06:52 WIB
Arab Saudi menyiapkan obligasi mata uang yuan


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Arab Saudi sejak tahun lalu gencar meminjam uang puluhan miliar dollar AS untuk menutup defisit anggaran akibat kemerosotan harga minyak dunia. Demi meraih pinjaman, Arab Saudi tak hanya mengandalkan penjualan obligasi dalam dollar AS. Kali ini, Arab Saudi berniat pula menerbitkan surat utang dalam denominasi yuan.

Rencana Pemerintah Arab Saudi tersebut diyakini dapat menumbuhkan fleksibilitas finansial dan tentunya menjadi kesuksesan bagi China. Maklum, pemerintah China sudah sejak lama berkeinginan menjadikan yuan sebagai mata uang global.

Kebijakan Arab Saudi itu diyakini kian mempererat hubungan kedua negara. China sendiri selama ini menjadi pasar terbesar minyak asal Arab Saudi. Mohammed Al-Tuwaijri, Wakil Menteri Ekonomi dan Perencanaan Arab Saudi menyatakan, penerbitan utang dalam denominasi yuan merupakan langkah diversifikasi.

"Kami sangat bersedia mempertimbangkan mata uang dan produk finansial China lainnya masuk dalam program pendanaan kami. Industri dan perbankan China pun sangat mendukung kami," tutur Tuwaijri seperti diberitakan Reuters, Kamis (24/8).

Ia menambahkan, dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi berdenominasi yuan itu tidak hanya untuk menambah defisit anggaran. Namun juga untuk membiayai proyek investasi besar yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan, Arab Saudi dan China berencana mendirikan sebuah investment fund dengan aset US$ 20 miliar. Kedua negara akan memiliki komposisi kepemilikan saham yang berimbang di perusahaan tersebut.

Kelak, dana dalam perusahaan tersebut akan diinvestasikan dalam proyek infrastruktur, energi, pertambangan dan mineral. Namun al-Falih masih enggan merinci strategi lebih detail terkait rencana tersebut.

Sebelumnya, pemimpin Arab Saudi, Raja Salman telah melakukan kunjungan ke China pada Maret 2017. Dari pertemuan antar kedua pemimpin di China tersebut disepakati transaksi bisnis bernilai US$ 65 miliar.

Arab Saudi berencana menarik investasi dari China ke sektor manufaktur dan periwisata. Ini adalah bagian diversifikasi bisnis minyak.




TERBARU

[X]
×