Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tekanan dari dalam dan luar negeri membuat nilai tukar mata uang Garuda terhadap dolar Amerika Serikat (AS) loyo. Ketidakpastian politik domestik serta rencana Bank Sentral Amerika The Fed menaikkan suku bunga, membuat rupiah tertekan pada level Rp 11.700 per dolar AS di akhir semester satu 2014.
Hal ini diungkapkan oleh Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan. Bukan hanya perihal pemilu saja, ekonomi dalam negeri pada triwulan II akan terganggu oleh repatriasi.
"Triwulan II defisit transaksi berjalan berisiko membengkak lagi karena ada repatriasi," ujar Fauzi di Jakarta, Rabu (16/4). Karena itu Standar Chartered memperkirakan rupiah akan melemah pada level Rp 11.700 per dolar AS.
Hingga akhir tahun 2014, Fauzi menjelaskan, rupiah akan berpotensi menguat ke level Rp 10.900 per dolar AS. Kepastian politik dalam negeri sudah terjadi serta neraca transaksi berjalan akan menuju pada level defisit yang lebih sehat, yaitu sebesar US$ 24,9 miliar. Asal tahu, defisit transaksi berjalan pada 2013 sebesar US$ 28,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
