kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada masuk ke era inflasi rendah


Kamis, 27 Juli 2017 / 22:50 WIB
Waspada masuk ke era inflasi rendah


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pada tahun 2018, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menargetkan angka inflasi lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni di kisaran 2,5% - 4,5%. Beberapa tahun belakangan, termasuk tahun ini, target inflasi masih di angka 3% - 5%.

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat, target inflasi tahun 2018 masih cukup realistis di angka 4% - 4,5%. Akan tetapi, pemerintah perlu mencermati penyebab rendahnya inflasi tersebut.

Biasanya rendahnya inflasi disebabkan oleh harga pangan yang terkendali atau tidak adanya kenaikan harga yang diatur pemerintah. Persoalannya, selama 2017, terutama saat puncak inflasi bulan Juni lalu, fenomena rendahnya inflasi pangan lebih disebabkan oleh pelemahan permintaan atau konsumsi.

"Ini dibuktikan dari core inflation atau inflasi inti yang rendah," terang Bhima pada KONTAN, Kamis (27/7). Meski inflasi rendah, namun daya beli menurun. Hal tersebut justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bhima menyatakan secara teori, pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan naiknya inflasi. Pertumbuhan ekonomi akan melambat, meski inflasi rendah. "Jadi idealnya inflasi rendah tapi didorong oleh stabilitas harga pangan dan terjaganya administered price," ujarnya.

Pemerintah perlu menjaga konsumsi atau data beli masyarakat terutama kelompok 40% pengeluaran terbawah, agar bisa tumbuh di atas laju inflasi. Dengan demikian, daya beli tidak tergerus.

"Kalau seperti itu kondisinya, maka bunga kredit bisa menurun, laju pertumbuhan kredit juga meningkat, sektor riil-nya agak bergerak," kata Bhima.

Menurut Bhima, untuk menghasilkan inflasi yang berkualitas, pemerintah perlu memangkas rantai distribusi pangan, memperbaiki manajemen pasokan pangan agar lebih baik. Selain itu tarif dasar listrik, Bahan Bakar Mesin (BBM) dan komponen administered price lainnya juga harus terkendali.

"Daya beli meningkat, otomatis inflasi meningkat juga. Kondisi tersebut tidak masalah, asal meningkatnya inflasi berkualitas," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rasa syukurnya karena seperti dilaporkan Gubernur Bank Indonesia (BI), pada tahun 2015 inflasi berada pada angka 3,35. Kemudian, di tahun 2016 pada 3,02, dan di kuartal I tahun ini berada pada kisaran 4 persen. Angka final untuk inflasi tahun 2016 sebesar 3,02 persen merupakan yang terendah dalam 7 tahun ini.

“Artinya, kita sudah mulai masuk ke era inflasi rendah di negara kira. Ini berkat Saudara-saudara semuanya yang tahu betul apa itu fungsi inflasi,” kata Jokowi pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2017, di Hotel Grand Sahid Jaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×