Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Keinginan Indonesia menarik masuknya investasi bertepuk sebelah tangan. Standards and Poor's (S&P) mempertahankan peringkat investasi Indonesia di bawah layak investasi dengan peringkat BB+ dengan prospek positif.
S&P menilai kerangka fiskal Indonesia telah membaik. Sebaliknya, S&P menilai kinerja fiskal Indonesia belum membaik karena permasalahan struktural.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan, S&P melihat risiko fiskal Indonesia bersumber dari penerimaan dan bukan dari belanja. Menurutnya, target penerimaan pajak tahun ini sangat tinggi dan sulit dicapai.
"Kalau pemerintah bisa menurunkan target penerimaan pajak dengan lebih realistis yang diiringi dengan pemotongan pengeluaran dan memperlebar defisit anggaran yang manageable, ini menjadi hal positif untuk S&P," kata Leo, Rabu (1/6).
Menurut Leo, S&P masih berpeluang untuk meningkatkan peringkat investasi Indonesia pada tahun ini. Namun, hal tersebut jika risiko fiskal Indonesia dapat diminimalisasi.
Salah satu kuncinya lanjut dia, dengan kepastian pengesahan RUU Tax Amnesty. Leo bilang, penerimaan pajak dari Tax Amnesty setidaknya dapat membantu penurunan target penerimaan yang tidak terlalu besar dan pemotongan belanja yang juga tidak terlalu besar sehingga defisit anggaran dapat dikelola dengan baik.
"Tax Amnesty itu tidak akan menyelesaikan semua masalah tetapi menjadi faktor yang sangat membantu mengelola risiko penerimaan," katanya. Ia juga menyarankan agar defisit anggaran tidak melebihi angka 2,5%-2,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
