kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Swasta digandeng kelola 30 bandara dan pelabuhan


Rabu, 11 Oktober 2017 / 09:46 WIB
Swasta digandeng kelola 30 bandara dan pelabuhan


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan untuk bisa melakukan kerja sama operasional sebanyak 15 pelabuhan dan bandara sampai akhir tahun ini. Dengan kerja sama komersial itu, pemerintah berharap dapat menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sekitar Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun setiap tahun.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, nilai penghematan anggaran itu tercapai jika pihak swasta memegang operasional 30 pelabuhan dan bandara komersial milik pemerintah. "Jadi dana APBN yang selama ini digunakan untuk operasional 30 pelabuhan dan bandara tersebut, bisa digunakan untuk tempat yang lain," kata Budi, Selasa (10/10).

Menurutnya dalam dua bulan terakhir sejak program ini dijalankan, baru sekitar empat pelabuhan yang dikerjasamakan dengan swasta dan dilakukan serah terima. Empat pelabuhan itu adalah Pelabuhan Probolinggo di Jawa Timur, Pelabuhan Sintete di Kalimantan Barat, Pelabuhan Waingapu di Nusa Tenggara Timur, dan Pelabuhan Bima di Nusa Tenggara Barat.

Dengan kerja sama ini, maka swasta akan menjadi semacam operator pelabuhan dan bandara dengan sistem bagi hasil. "Dengan kerja samanya 30 tahun, jadi sama saja dengan investasi karena swasta diberi kesempatan investasi peralatan, investasi segala macam," katanya.

Dari empat pelabuhan yang sudah terealisasi, dia menargetkan sampai akhir tahun setidaknya separuh dari 30 pelabuhan dan bandara bisa dikerjasamakan. Selain menghemat APBN, kerja sama operasional dengan swasta juga ada membuat vitalitas pelabuhan dan bandara meningkat. Dengan begitu maka target efisiensi biaya logistik dari saat ini 24% menjadi 19,2% di tahun 2019 akan tercapai.

Ketua Komite Tetap Bidang Logistik dan Supply Chain (SC) Kadin Iskandar Zulkarnain bilang, biaya logistik yang mahal akan mempengaruhi harga pokok penjualan sehingga memberatkan produsen atau konsumen.

Dia menjelaskan, biaya logistik menjadi mahal karena beberapa hal. Seperti, lamanya kontainer di pelabuhan sehingga kena biaya storage.

Selain itu juga ada macam-macam biaya yang timbul saat perjalanan barang. "Tarif yang tadinya biayanya macam-macam harus dikurangi, sehingga yang ditagih seminim mungkin tidak sebanyak yang saat ini ada," kata Iskandar.

Menurut Iskandar, komponen biaya yang ditagihkan dalam logistik terutama di pelabuhan antara lain, biaya pemasukan, pengangkatan, penumpukan untuk penyimpanan, survei, dan asuransi. "Bisa dikurangi sehingga bisa mencapai target 19,2% di tahun 2019," ucapnya.

Selain biaya di pelabuhan, beberapa komponen logistik yang bisa bisa ditekan adalah biaya sewa gudang, tarif truk, jasa kontainer, dan biaya Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×