kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang bisa picu capital outflow, pelaku pasar harus tetap waspada


Jumat, 13 Juli 2018 / 20:43 WIB
Perang dagang bisa picu capital outflow, pelaku pasar harus tetap waspada
ILUSTRASI. Petugas Merapikan Mata Uang Rupiah


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bauran kebijakan Bank Indonesia (BI) mulai terasa dampaknya pada kenaikan imbal hasil surat berharga negara (SBN) dan mendorong arus modal asing masuk ke dalam negeri dan turut memperkuat stabilitas rupiah. 

Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal asing yang masuk (capital inflow) ke pasar surat berharga negara (SBN) selama 2 Juli-12 Juli mencapai Rp 7,1 triliun. Sementara rata-rata suplai dollar Amerika Serikat (AS) dari korporasi mencapai US$ 500 juta-US$ 600 juta per hari. Meski begitu, ekonom menilai pelaku pasar harus tetap mewaspadai adanya arus dana keluar (capital outflow) yang berpotensi memberi tekanan pada rupiah ke depan.

Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi mengatakan, beberapa investor asing masuk kembali ketika bursa saham dan harga SBN relatif terkoreksi menjadi lebih murah. Namun menurutnya, tidak bisa berharap capital inflow kali ini sekencang periode 2009-2011 silam saat harga saham-saham dan SBN jauh lebih murah dari saat ini.

Sebab, tekanan yang berasal dari eksternal belum sepenuhnya mereda. Apalagi dengan meningkatnya risiko eskalasi perang dagang global Amerika Serikat (AS) versus China, Eropa, Meksiko, hingga Kanada. 

"Perang dagang bisa menyebabkan outflows dari emerging markets. Jadi ya mesti tetap waspada walau ada inflows," kata Eric kepada Kontan.co.id, Jumat (13/7).

Eric memperkirakan, rupiah di akhir tahun kemungkinan masih akan bergerak di kisaran Rp 14.000-Rp 14.300 per dollar AS karena masih banyaknya ketidakpastian global. 

Ketidakpastian yang dimaksud, yaitu arus dana yang keluar dari emerging market karena naiknya imbal hasil US Treasury dan karena ada pelemahan fundamental Indonesia dari sisi neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×