kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penasaran pada Jalur Pansela? Ini testimoni pemudik dari Sukabumi ke Pangandaran


Senin, 11 Juni 2018 / 14:01 WIB
Penasaran pada Jalur Pansela? Ini testimoni pemudik dari Sukabumi ke Pangandaran
ILUSTRASI.


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mudik Lebaran 2018 tahun ini bakal menjadi kenangan indah tak terlupakan bagi sebagian orang. Banyaknya pilihan jalur mudik tentu merupakan memori yang bakal tertancap di benak para perindu udik.

Arus mudik utama (mainstream) tentu dimotori oleh para pemudik yang penasaran menjajal jalur tol Pantai Utara (Pantura) Jawa. Iming-iming kombinasi jalan tol operasional dan tol fungsional yang nyaris sepenuhnya menghubungkan Jakarta-Surabaya sulit ditampik.

Ketika demam tol Pantura melanda para calon pemudik, tiba-tiba muncul iming-iming baru: jalur Pantai Selatan (Pansela) Jawa yang membentang dari Pelabuhan Ratu di Sukabumi hingga Pacitan di Jawa Timur. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rayat (PUPR) mempromosikan jalur ini sebagai jalur mulus yang layak menjadi alternatif mudik.

Aris Akhmadi, manajer iklan KONTAN, rupanya tak ingin menjadi bagian arus mainstream yang harus berdesak-desakan di gerbang tol Cikarang Utama. Tergiur oleh berbagai promosi Pansela, Aris bertekat menyantap keindahan pemandangan sepanjang pantai selatan Jawa sembari melaju menuju kampung halaman di Cilacap, Jawa Tengah.

Berbekal riset seadanya mengenai rute mudik Pansela di internet, Aris berangkat dari rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, pukul 06.00 WIB tanggal 10 Juni 2018. Mengendarai Honda Jazz RS 2012 dia memulai petualangan mudik bersama keluarganya: tiga orang dewasa dan satu anak-anak. 

Trip meter di dashboard-nya menunjukkan jarak yang pernah ditempuh mobil kesayangannya itu, 118.589 km. Aris ingin mengukur pasti jarak rumahnya di Bintaro ke kampung halaman di Cilacap lewat Pansela.

Meski tak lewat Pantura, Aris bisa mencicipi perjalanan lewat tol fungsional Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Sukabumi? Iya! Entah karena keluguan atau hasrat petualangan, Aris berencana menyusuri Pansela sesuai promosi: benar-benar dari Pelabuhan Ratu!

Padahal, mestinya, orang Jakarta atau Bogor bisa "mencegat" Pansela langsung di Cianjur Selatan, persisnya  di Sindang Barang. Untuk menghemat perjalanan, orang tak harus benar-benar menyusuri Pansela dari Pelabuhan Ratu Sukabumi.

Perjalanan Aris sekeluarga mulus sampai keluar tol fungsional Bocimi di Cigombong. Perjalanan berlanjut ke arah jalan utama Sukabumi-Pelabuhan Ratu melalui Cibadak.

Di jalur utama ini dia harus membuang waktu sekitar 1 jam terjebak kemacetan di salah satu pasar tumbah. "Sebenarnya oleh Google Map saya diarahkan ke jalur alternatif, tapi saya ragu," tuturnya kepada Kontan.coid.

Lepas dari kemacetan, Aris melaju dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam ke arah Pelabuhan Ratu. Beberapa kilometer sebelum kota pelabuhan itu, dia berbelok ke timur menyusuri Jalan Pelabuhan Ratu ke arah Kebuh Teh Cigaru. 

Sebenarnya ini merupakan jalur lama bagi para wisatawan yang hendak menuju Pantai Ujung Genteng maupun Geopark Ciletuh. Jalur Pansela sendiri membentang beberapa kilometer lebih selatan lagi, persis di tepi laut.

Kendati di awal-awal perjalanan di jalur ini Aris mengaku terkagum-kagum menikmati suguhan pemandangan, kelokan tak berkesudahan mengurangi konsentrasi pengemudi. "Jujur saya harus acungi jempol. Di bagian lain pulau Jawa dengan jumlah penduduk yang sangat jarang kondisi infrastruktur tergolong rapi," katanya mengenang.

Kurang lebih butuh 6 jam bagi Aris untuk menempuh jarak dari Cigombong sampai di pesisir selatan pulau Jawa. Setelah melewati Cigaru, mobilnya mengarah ke kawasan pesisir lewat Kiara Lawang, dan beberapa jam kemudian ketemu desa pertama pesisir: Tegal Buleud.

 

Masuk ke jalur Pansela yang sesungguhnya, kondisi jalan relatif lebih lebar, kualitas pengaspalan juga bagus. Di jalur ini Aris seolah berjalan sendiri. Hampir sepanjang perjalanan tidak ada mobil lain, baik berpapasan mapun melaju searah. "Paling-paling ketemu mobil pengangkut padi silih berganti," tuturnya.

Karena jalan lebar dan mulus, para pengendara sepeda motor seolah melaju bak pembalap di sirkuit. Setidaknya empat kali Aris hampir bertubrukan dengan pengendara sepeda motor.

Di pesisir selatan ini Aris dan rombongan berturut-turut melalui jalan Cidolog - Rambay - Argabinta - Ranca Buaya - Sindang Barang - Cidaun - Cicalobak - Pamengpeuk - Cijulang - Pangandaran.

Sepanjang jaalur pesisir ini, Aris bersaksi bahwa pemandangan yang dia nikmati benar-benar mempesona. Ada 30 lebih muara sungai membentang di sepanjang pesisir. Hampir setiap muara menawarkan corak keindahan pantai yang berbeda-beda.

Enam jam harus dia tempuh dari Tegal Buleud sampai ke Pangandaran. Jika dihitung dari Jakarta, berarti 12 jam dia habiskan di perjalanan mudik kali ini. 

Jalan sepanjang pesisir Cijulang - Pangandaran sangat mulus dengan trek panjang seperti tol. "Saya bahkan bisa stabil di kecepatan 60 km - 80 km per jam untuk beberapa detik," tutur Aris.

Sebenarnya Aris berniat melanjutkan perjalanan ke Cilacap tetap di jalur Pansela, yaitu dengan menyusuri jalur Kalipucang - Kawunganten - Sidareja - Jeruklegi - Cilacap. 

Namun karena pemandangan di luar mobil sudah gelap, Aris tak mau ambil risiko terjadi apa-apa di jalan sehingga memperpanjang waktu tempuh. Akhirnya petualangan Aris dan rombongan di Pansela Jawa pun berakhir.

Dia tiba di Cilacap, kampung halamannya, tepat pukul 03.30 WIB tanggal 11 Juni 2018. Tak lupa dia tengok angka pada trip meter: 119.296 km. "Oh, may God, gue nyetir 707 km sehari-semalam!" katanya.

Anda berani menerima tantangan petualangan seperti Aris?
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×