kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembagian dividen bisa menekan rupiah


Rabu, 28 Maret 2018 / 06:36 WIB
Pembagian dividen bisa menekan rupiah
ILUSTRASI. Rupiah versus US Dollar


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim pembagian dividen perusahaan hampir tiba. Meski untung bagi investor pasar modal, namun bagi ekonomi Indonesia, musim pembagian dividen bisa berarti keluarnya dana atau capital outflow yang lebih besar dari pasar keuangan domestik.

Berdasarkan riset Kontan.co.id, setiap kuartal II di setiap tahunnya merupakan musim pembagian dividen. Pada musim dividen tersebut, neraca pembayaran Indonesia cenderung defisit.

Maklum, sebagian dividen itu disetorkan ke pemegang saham emiten di luar negeri (investor asing). Efek lainnya, rupiah juga bisa melemah.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga melihat hal serupa. Dia mencontohkan, pada kuartal II-2017, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 5 miliar. Posisi defisit tersebut lebih dalam ketimbang defisit transaksi berjalan kuartal II-2016 yang senilai US$ 4,7 miliar.

Namun tahun lalu nilai tukar rupiah tertolong arus dana masuk dari amnesti pajak. Menurut David, arus dana masuk dari amnesti pajak menahan kejatuhan rupiah dari tekanan arus keluar dana dari pembagian deviden.

Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, menambahkan, investor asing di saham akan menukarkan dividen rupiah menjadi dollar AS. Permintaan dollar pun naik sehingga menekan rupiah.

Situasi ini menjadi siklus tahunan. Dia mencontohkan Mei 2016, rupiah sempat terkoreksi menjadi Rp 13.587 per dolar AS. Salah satu penekannya adalah arus dana keluar seirama pembagian dividen.

Tahun ini, Bhima memprediksi, depresiasi rupiah akan mencapai Rp 13.800 hingga Rp 13.980 per dolar AS. "Setoran dividen ke investor di luar negeri berkorelasi dengan pelemahan rupiah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/3).

Bhima menambahkan, pada kuartal II-2016 dan 2017 terlihat transaksi portofolio dalam neraca pembayaran meningkat tinggi. Pada kuartal II-2016 mencapai US$ 8,3 miliar dan kuartal II-2017 sebesar US$ 8,13 miliar. "Ini disebabkan pembelian instrumen efek oleh investor asing meningkat signifikan jelang pembagian dividen," katanya.

Bhima menjelaskan, pada kuartal III-2016 angkanya turun menjadi US$ 1,7 miliar dan US$ 4 miliar pada tahun 2017. Artinya pasca pembagian dividen, asing mencatatkan net sales dan polanya hampir sama dalam beberapa tahun terakhir. "Saat pembagian dividen, defisit transaksi berjalan di tahun 2016 sebesar -2,41% terhadap PDB. Tahun 2017 defisit transaksi 1,9% dan tahun ini defisit transaksi berjalan diproyeksikan lebih besar yakni 2,2%," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×