kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,77   5,31   0.58%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar masih cermati sinyal dari FOMC


Rabu, 13 Desember 2017 / 18:14 WIB
Pasar masih cermati sinyal dari FOMC


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekalipun pasar sudah priced-in kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada FOMC pekan ini, pelaku pasar global masih mencermati sinyal yang akan disampaikan Fed setelah rapat FOMC.

Hal tersebut khususnya terkait proyeksi ekonomi AS serta arah kebijakan suku bunga AS pada tahun depan. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ekspektasi Fed yang agresif terhadap ekspektasi inflasi dan suku bunga AS berpotensi mendorong penguatan dollar AS.

Pasar saat ini memperkirakan Fed akan menaikkan FFR sebesar 50bps pada tahun 2018. “Apabila Fed cenderung lebih agresif dari ekspektasi pasar, akan mendorong kenaikan yield US Treasury yang pada akhirnya akan mempengaruhi attractiveness dari aset investasi Emerging Market termasuk aset investasi dalam denominasi Rupiah,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (13/12).

Josua menjelaskan, pada awal hingga semester I tahun 2018, tekanan pada mata uang Emerging Market cenderung mereda mengingat kinerja perekonomian AS yang cenderung menurun pada kuartal IV.

Dengan mengasumsikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga kebijakannya pada semester II pada tahun 2018, tekanan terhadap rupiah akan berpotensi terjadi pada semester II tahun depan.

“Tekanan pada mata uang Asia dan pasar keuangan Asia akan cenderung lebih meningkat apabila bank sentral negara-negara maju juga mengetatkan kebijakan moneter masing-masing, merespon normalisasi kebijakan bank sentral AS,” ujarnya.

Mempertimbangkan pergerakan rupiah terhadap dollar ini, stance kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) diperkirakan netral dengan suku bunga acuan diperkirakan akan dipertahankan tetap di level 4,25% serta menetapkan suku bunga DF dan LF di level 3,5% dan 5,0% pada RDG bulan ini.

Asal tahu saja, rupiah diperdagangkan cenderung melemah sejak pembukaan sesi pagi ini ke level 13,595 per dollar, terendah dalam sebulan terakhir. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh penguatan dollar AS pada sesi U.S. market semalam terhadap mata uang utama.

“Pelemahan rupiah terhadap dollar AS diperkirakan sementara karena pelaku pasar cenderung akan shift ke safe haven currency yaitu dollar AS jelang pengumuman Fed. Setelah rapat FOMC, tekanan rupiah diperkirakan mereda dan rupiah diperkirakan cenderung stabil di level 13,500 per dollar hingga akhir tahun ini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×