kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Otot rupiah masih tergantung The Fed


Kamis, 26 November 2015 / 10:54 WIB
Otot rupiah masih tergantung The Fed


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Lembaga Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) akan memasukan yuan ke dalam keranjang mata uang special drawing rights (SDR), pada akhir November ini. Jika rencana ini terlaksana maka yuan akan menjadi mata uang acuan aset internasional kelima setelah dollar AS, euro, yen, dan poundsterling.

Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong bilang, masuknya yuan ke SDR IMF menjadi momentum perdagangan dan perekonomian Indonesia-China. Apalagi ke depan, Indonesia akan bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP).

Menurut Lembong, dengan yuan sebagai SDR, nilai tukar rupiah akan lebih baik dari saat ini,   perekonomian dan perdagangan akan lancar.

Rencananya pengukuhan yuan sebagai SDR ini akan diumumkan pada 30 November mendatang. Pengumuman itu dilakukan menjelang laporan kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed).

Lalu bagaimana efeknya ke rupiah? Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih melihat ada dua skema yang akan terjadi jika IMF mengumumkan mata uang renminbi atau yuan masuk SDR. Pertama, yuan menguat termasuk terhadap dollar AS sehingga membantu penguatan rupiah.

Kedua, yuan menguat, namun People's Bank of China (PBOC) tidak menginginkan hal tersebut. Sebab ekspor China jadi mahal. Oleh karena itu di saat yang bersamaan, Bank Sentral China akan menambah jumlah peredaran yuan sehingga yuan masih melemah. "PBOC sudah antisipasi, sehingga kalau ada penguatan tidak akan besar. Itu artinya dollar AS tetap akan menguat sehingga tidak akan berdampak pada rupiah," kata Lana, Rabu (25/11).

Dengan cadangan devisa yang besar mencapai sekitar US$ 3,5 triliun, China memiliki kekuatan untuk mengintervensi pasar. Dengan begitu Lana memproyeksi, ke depan yuan masih akan melemah. Hanya sedikit menguat begitu suku bunga The Fed naik.

Lana memperkirakan kurs rupiah terhadap dollar AS setelah ada keputusan IMF akhir bulan ini hingga terjadi kenaikan suku bunga The Fed, berada di rentang Rp 13.800- Rp 14.200 per dollar AS. Sementara dalam jangka panjang rupiah menguat ke Rp 13.200-13.500 per dollar AS.

Dollar akan melemah

Senior Analisis Ekonomi Kenta Institute Eric Sugandy mengatakan,  masuknya yuan ke dalam SDR IMF akan mengurangi keinginan China mengakumulasi cadangan devisa dalam mata uang dollar AS bertahap. Dengan begitu dollar AS cenderung melemah sementara rupiah menguat. "Tapi itu tergantung persepsi pasar terhadap yuan dan dollar AS," katanya.

Sementara ekonom Maybank Indonesia, Juniman, mengatakan, masuknya yuan ke dalam SDR merupakan upaya diversifikasi IMF. Namun menurutnya IMF akan menunda kebijakan tersebut karena PBOC pada Agustus lalu sengaja mendevaluasi mata uang yuan. "Jika masuk SDR, ini akan mengancam IMF sendiri," katanya.

Kebijakan IMF akan tergantung dari stabilitas yuan. Apalagi empat mata uang SDR IMF pada saat ini, jarang didevaluasi. Selain itu, tidak ada jaminan PBOC tidak melakukan devaluasi yuan lagi.

Apalagi ekonomi China ke depan masih belum menujukkan perbaikan akibat kinerja ekspornya belum pulih. Permintaan komoditas di China menurun akibat nilai yuan sangat tinggi melebihi fundamentalnya. Satu-satunya cara meningkatkan ekspor adalah dengan devaluasi yuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×