kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,53   1,89   0.20%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nasib Indonesia diyakini lebih baik dari Afsel


Rabu, 05 April 2017 / 11:22 WIB
Nasib Indonesia diyakini lebih baik dari Afsel


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Penurunan peringkat utang Afrika Selatan oleh Standard and Poor's (S&P) dari level BBB- menjadi BB+ belum tentu akan merembet ke Indonesia. Artinya, meski S&P masih menyoroti sejumlah masalah di Indonesia, belum tentu lembaga pemeringkat itu akan mengoreksi turun peringkat utang Indonesia.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, Indonesia tak bisa dibandingkan dengan Afrika Selatan. Sebab, jika dilihat sejumlah indikator ekonomi, Afrika Selatan jauh tertinggal dari Indonesia. Pertama, dari sisi pertumbuhan ekonomi, kata Andry rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir mencapai 5,3%.

Berbeda dengan Afrika Selatan yang rata-rata pertumbuhan ekonominya lima tahun terakhir hanya 2,1%. "Indonesia lebih bagus dibanding Malaysia dan Thailand dan hanya kalah dengan India saja. Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 lebih baik," katanya kepada KONTAN, Selasa (4/4).

Kedua, defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia pada 2016 1,8% dari produk domestik bruto (PDB) dan tahun ini diperkirakan sedikit melebar menjadi 2,2% dari PDB. Sementara CAD Afrika Selatan tahun ini diperkirakan mencapai 4,1% dari PDB.

Ketiga, defisit anggaran Indonesia tahun ini yang diperkirakan 2,46% dari PDB. Keempat, rasio utang luar negeri Indonesia hanya 37% dari PDB. Sementara, Afrika Selatan mencapai 44% dari PDB-nya. Kelima, inflasi Indonesia hanya sekitar 3%-4%. Sedangkan inflasi Afrika Selatan mencapai 6,3%. "Dari data-data, Indonesia sangat layak menggantikan Afrika Selatan. Kalau mereka downgrade Afrika Selatan mudah-mudahan digantikan dengan upgrade peringkat Indonesia," tambah Andry.

Menurut Andry, S&P masih memperhatikan kondisi perbankan Indonesia dengan tren rasio kredit bermasalah (NPL) yang meningkat lantaran pengaruh perlambatan ekonomi. Tapi menurutnya, perbankan sudah melakukan mitigasi risiko. Andry juga bilang, S&P seharusnya melihat prospek perbaikan kondisi perbankan Indonesia ke depan. Sehingga, tak ada alasan bagi S&P untuk tidak menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) di tahun ini.

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi berpendapat, penurunan peringkat utang Afrika Selatan berkaitan dengan masalah politik yang berpotensi menganggu pertumbuhan ekonomi dan manajemen defisit APBN negara tersebut. Nah, dibandingkan dengan Afrika Selatan, kondisi politik di Indonesia lebih stabil dan fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.

Meski begitu, Eric tak memproyeksi S&P tersebut bakal menaikkan peringkat utang Indonesia di tahun ini. Justru ia memperkirakan beberapa lembaga pemeringkat lain seperti Fitch Ratings, Moody's dan Japan Credit Rating Agency (JCR) bakal menaikkan peringkat utang Indonesia karena sebelumnya telah menaikkan outlook peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×