Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di awal tahun ini penyaluran beberapa subsidi dari pemerintah kepada masyakat miskin mengalami keterlambatan. Keterlambatan ini dianggap akan dapat meningkatkan keparahan garis kemiskinan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Enny Hartati menjelaskan, saat ini terdapat kurang lebih 26 juta masyarakat yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan. Yakni dengan pendapatan di bawah Rp 380.000 per bulan.
Dengan keterlambatan penyaluran tersebut, maka masyakat di bawah garis kemiskinan tadi tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Keterlambatan ini juga akan berdampak pada peningkatan harga-harga bahan pokok lainnya. Misalnya, bila terjadi keterlambatan penyaluran rastra, maka masyarakat akan memenuhi kebutuhannya dengan membeli beras. "Artinya ada peningkatan permintaan beras, hal ini akan mendorong harga beras pula," ujar Enny kepada Kontan.co.id, Minggu (4/3).
Enny menuturkan, bila harga bahan-bahan pokok meningkat, maka masyarakat yang tadinya memiliki pendapatan di atas 380.000, menjadi tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
"Hitungannya, masyakarakat harus memnuhi kebutuhan 2100 kalori per hari, kalau bahan pokok meningkat, maka yang misalnya memiliki pendapatan 400.000 tidak akan cukup memenuhi kebutuhannya. Masyarakat ini rentan turun menjadi miskin," tutur Enny.
Menurut Enny, seharunya dilakukan berbagai upaya supaya tidak ada keterlambatan dalam penyaluran subsidi ini. Upaya petama adalah mekanisme penyalutan bantuan, melakukan penyaluran dengan data yang valid, serta lebih cepat dalam mentransfer dana kepada masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
