kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan terburu-buru melonggarkan kebijakan moneter


Senin, 14 Agustus 2017 / 20:59 WIB
Jangan terburu-buru melonggarkan kebijakan moneter


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Peluang pelonggaran kebajikan moneter semakin terbuka seiring terkendalinya laju inflasi indeks harga konsumen (IHK) hingga bulan Juli 2017.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan bahwa ada ruang untuk melonggarkan kebijakan Bank Sentral apabila laju inflasi yang sudah di level 3% terus terkendali untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dengan capaian inflasi yang cukup rendah yakni sebesar 2,35% ini dapat menjadi sinyal positif bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi menilai, saat ini masih ada ruang untuk longgarkan kebijakan moneter. Namun demikian, ia mengimbau agar jangan dilakukan tergesa-gesa ingin lebih longgarkan karena masih ada resiko eksternal yang bisa tekan rupiah dan sebabkan tekanan imported inflation.

“Risiko perlambatan ekonomi China, resiko capital outflows dari kenaikan Fed Rate dan rencana penjualan US treasuries oleh Fed untuk mengurangi porsi US treasuries di balance sheet-nya, dan risiko geopolitik di semenanjung Korea,” jelasnya kepada KONTAN, Senin (14/8).

Menurut Eric, bentuk pelonggaran kebijakan moneter sendiri tidak mesti berupa pemangkasan suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate, tetapi bisa juga dengan bentuk lain, misalnya injeksi uang beredar dengan operasi moneter pembelian surat berharga negara, penurunan giro wajib minimum (GWM), penggunaan GWM rata-rata untuk posisi tertentu dari GWM.

Namun, Eric menilai, bila balik lagi ke tugas utama BI, membantu menggenjot pertumbuhan ekonomi bukan suatu keharusan untuk bank sentral, “Tetapi kelihatannya BI ingin membantu pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Sementara Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai, pelonggaran moneter tidak bisa membantu perekonomian untuk tumbuh. Pasalnya, defisit pemerintah naik pemerintah utangnya harus tambah lalu keluarkan SUN.

“SUN kan naikkan suku bunga, gimana mau easing? Tidak ada ruang moneter lagi yang kuat, monetary easing itu sekarang 4,75 mau dijadikan 4, inflasinya akan jadi 4% nanti karena harga-harga pangan naik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×