kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor pangan membebani ekonomi


Rabu, 16 Mei 2018 / 11:31 WIB
Impor pangan membebani ekonomi
ILUSTRASI. Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Adinda Ade Mustami, Indra Pangestu Wardana Setiawan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kegagalan program swasembada pangan berdampak pada kinerja neraca dagang. Impor barang konsumsi, terutama bahan pangan terus mendaki. Bahkan April 2018, tingginya impor bahan pangan membuat neraca dagang Indonesia mengalami defisit yang lebar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Indonesia April 2018 defisit US$ 1,63 miliar. Defisit neraca dagang ini menjadi defisit terbesar sejak April 2014 yang sebesar US$ 1,97 miliar. Saat itu, nilai impor menyentuh US$ 16,25 miliar.

Sedangkan pada April 2018, nilai impor mencapai US$ 16,09 miliar, naik 11,28% dibanding Maret 2018 dan naik 34,68% year on year (YoY). Impor migas maupun nonmigas masing-masing naik sebesar 3,26% dan 12,68% dibanding bulan sebelumnya.

Lonjakan impor bahan pangan terlihat dari angka impor kelompok serelia pada April 2018 yang sebesar US$ 301,9 juta. Nilai itu naik 38,87% dibandingkan sebulan sebelumnya yang sebesar US$ 217,4 juta. Sedangkan pada periode Januari-April 2018 impor serelia mencapai US$ 1,05 miliar, naik 28,07% dibanding 2017.

Dari impor serelia, beras menyumbang US$ 58,4 juta pada April 2018, naik 152,77% dari Maret 2018 yang hanya US$ 23,5 miliar. Impor beras Januari–April 2018 mencapai US$ 194,4 miliar, padahal tahun 2017 tidak ada impor. Tidak hanya beras, impor gandum dan kedelai juga meningkat pesat (lihat tabel).

Lonjakan impor juga terjadi pada bahan pangan lain seperti bawang putih, daging sapi, dan buah-buahan. Komoditas itu jadi pendorong utama impor barang konsumsi. "Tapi share impor barang konsumsi hanya 9,39%, jauh dari share impor bahan baku dan barang modal," kata Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (15/5).

BPS mencatat, impor bahan baku April 2018 naik 10,73% dibanding Maret 2018 dan naik 33% (yoy). Sedangkan impor barang modal naik 6,59% dibanding Maret 2018 dan naik 40,81% (yoy). "Kami harap impor ini menggerakkan industri dalam negeri," tambah Suhariyanto.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Benny Soetrisno mengatakan, lonjakan impor mengkhawatirkan pengusaha domestik, apalagi impor bersumber dari barang konsumsi. "Impor kita terlalu tinggi menjelang puasa dan Lebaran," kata Benny.

Kadin berharap pemerintah mampu mendorong produktivitas industri dalam negeri. Caranya dengan memperbaiki sistem pembiayaan, fiskal, energi dan peraturan tenaga kerja, serta logistik.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksikan impor masih akan meningkat pada periode mendatang. Akibatnya defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 bakal meningkat. Tekanan terhadap kurs rupiah pun semakin besar.

Ini akan kembali memperberat defisit transaksi berjalan yang sudah membaik pada kuartal I-2018, sebesar US$ 5,5 miliar atau 2,1% dari PDB dari triwulan sebelumnya yang US$ 6,0 miliar atau sekitar 2,3% PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×