kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga BBM dan listrik masih akan ditahan


Senin, 26 Februari 2018 / 07:49 WIB
Harga BBM dan listrik masih akan ditahan
ILUSTRASI. BBM Pertamax di SPBU Pertamina


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah nampaknya masih belum akan menaikan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat. Meski, kondisi ini di tengah risiko kenaikan harga minyak dunia yang terjadi.

Direktur Penyusunan APBN Ditjen Anggaran Kemkeu Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, banyak faktor yang harus diperhatikan sepanjang tahun ini untuk menentukan kenaikan tarif listrik dan harga BBM.

Faktor tersebut: harga minyak Indonesia atau Indonesia culde price (ICP), nilai tukar rupiah, dan volume kebutuhan minyak. Selain itu, kami juga lihat sisi permintaan,, ujarnya saat di temui Kontan.co.id, Jumat (23/2).

Menurutnya, pemerintah tak akan menaikkan tarif listrik dan BBM sepanjang masih sesuai dengan pagu anggaran. Namun, jika harga produksi listrik dan BBM sudah terlampau tinggi, mau tidak mau harus menaikan harganya.

Kenaikan harga perlu dilakukan lataran pemerintah harus mengikuti nilai keekonomian listrik dan BBM.Tapi kalau harga produksinya masih bisa ditekan, tidak tinggi, ya normal saja, imbuhnya.

Kunta menjelaskan, tahun ini pemerintah mematok nilai tukar rupiah per dolar Amerika sebesar Rp 13.400, dengan ICP US$ 48 per barel. Adapun pagu anggaran subsidi listrik Rp 47,7 triliun, dibagi untuk 23,2 juta pelanggan dengan kapasitas 450 VA dan 6,5 juta pelanggan 900 VA.

Lalu anggaran subsidi elpiji memiliki pagu Rp 37,6 triliun untuk 6.450 juta kilogram. Subsidi lainnya seperti solar dan minyak tanah, pagunya Rp 9,3 triliun. Dengan volume minyak tanah 610 kiloliter atau 0,6 juta kiloliter. Untuk solar subsidinya Rp 500 per liter atau dengan volume sekitar 15,6 juta kiloliter .

Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, harga keekonomian BBM dilihat biaya produksi dan distribusi per margin, dan tergantung harga minyak mentah.

Menurut perhitungannya, dengan harga minyak mentah yang ada saat ini berkisar US$ 67 per barel, harga untuk Research Octane Number (RON) 95 berkisar antara Rp 8.300–Rp 8.500 per liter di luar margin perusahaan.

Jika perusahaaan mengambil margin 10%, berarti harga keekonomian RON 95 sekitar Rp 9.100–Rp 9.300 per liter. Biaya produksi Rp 8.300–Rp 8.500 sudah memperhitungkan biaya angkut, distribusi dan pajak, ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×