Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menanggapi kondisi perekonomian secara eksternal yang bergejolak, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memutar otak untuk menggenjot target realisasi investasi. Dua hal terpaksa dilakukan untuk merespon faktor eksternal ini.
Pertama, yakni lebih fokus kepada investasi megaproyek yang bernilai investasi besar. Dengan demikian, bisa berkontribusi besar untuk realisasi investasi sampai akhir tahun.
Kedua, menggenjot investasi di Pulau Jawa. Sebab, menurut Thomas, realisasi investasi di Jawa lebih mudah dilakukan ketimbang di daerah luar Jawa. Terutama yang sektornya e-commerce dan ekonomi digital.
Bila dua fokus ini dilakukan. Otomatis efeknya adalah ke lapangan pekerjaan sebab investasi raksasa cenderung padat modal, bukan padat karya. Meski begitu, pemerintah tidak khawatir dengan hal ini.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, proyek besar punya potensi mendorong serapan lapangan pekerjaan meski tak langsung.
“Proyek besar itu punya potensi mendorong kegiatan ekonomi di dalam negeri (backward linkage) yang pada akhirnya juga akan menyerap tenaga kerja,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/5).
Ia mengatakan, hingga akhirnya menyerap tenaga kerja memang butuh waktu, tetapi tidak lama. “Lagi waktunya tidak lama, karena biasanya proyek besar akan menarik bisnis lokal,” ucapnya.
BKPM mencatat, realisasi investasi selama tiga bulan pertama dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 201.239 orang atau naik 3,66% bila dibandingkan dengan periode sama tahun 2017 yang sebesar 194.134 orang.
Dengan rincian sebanyak 103.982 orang pada proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan sebanyak 97.257 orang pada proyek penanaman modal asing (PMA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
