kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fiskal jadi tumpuan ekonomi, Sri Mulyani putar otak beri insentif


Selasa, 15 Mei 2018 / 12:15 WIB
Fiskal jadi tumpuan ekonomi, Sri Mulyani putar otak beri insentif
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan ekonomi dunia saat ini tengah dalam era normalisasi. Karenanya, Indonesia patut mencari solusi lantaran hal ini bisa membawa efek ke negara berkembang, seperti penarikan modal.

Oleh karena itu, menurut Sri Mulyani dalam keadaan seperti ini, perekonomian Indonesia membutuhkan solusi. Terutama dari sisi fiskal sebagai stimulus penggerak ekonomi.

Bagi Indonesia, kata Sri Mulyani, sumber pertumbuhan yang saat ini perlu didorong dan memiliki peluang untuk berkontribusi lebih adalah investasi. Oleh karena itu, pemerintah mengatur kebijakan fiskal yang bisa memacu investasi.

“Tantangan kita dalam gunakan fiskal adalah bagaimana untuk mengumpulkan pajak tapi di sisi lain ada instentif,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (15/5).

Untuk insentif, pemerintah saat ini tengah menyusun aturan soal tax allowance bagi pemodal yang memiliki nilai investasi di bawah Rp 500 miliar. “Tax allowance akan kami finalkan. Investor yang lakukan investasi tidak usah khawatir soal pajak. Dia punya waktu cukup panjang,” ujar Sri Mulyani.

Ia melanjutkan, baru-baru ini, pemerintah juga sudah merevisi kebijakan tax holiday dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 35/2018.

Ada lima poin penting dalam PMK ini. Pertama, dengan aturan baru, perusahaan lama yang ingin ekspansi bisa juga mengajukan tax holiday. Kedua, pengurangan dipukul rata dengan single rate 100%.

Ketiga, jangka waktu holiday kini memiliki threshold tersendiri sesuai nilai penanaman modalnya. Nilai rencana penanaman modal paling sedikit sebesar Rp 500 miliar dan paling banyak kurang dari Rp 1 triliun.

Keempat, soal transisi usai holiday yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, yakni 50% dari PPh Badan selama dua tahun. Kelima, tambahan cakupan industri. Sebelumnya hanya ada delapan menjadi 17 industri.

Masih dari sisi fiskal, selain urusan insentif, Sri Mulyani mengatakan bahwa pihaknya juga mengupayakan belanja yang berkualitas. 

“Jangka menengah, APBN kita tetap harus jadi instrumen pertumbuhan, bukan jadi sumber masalah. Ke depan, dari sisi belanja akan dijaga dan dari defisit akan mengecil sehingga semakin sehat kalau ada shock, ada space,” jelas Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×