kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor impor pakai ringgit & baht lebih efisien


Selasa, 17 Oktober 2017 / 20:55 WIB
Ekspor impor pakai ringgit & baht lebih efisien


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mengakomodasi importir atau eksportir Indonesia yang melakukan transaksi dengan Malaysia dan Thailand bisa menggunakan ringgit atau baht melalui Bank Appointed Cross Currency Dealer (Bank ACCD) tanpa perlu membayar dalam mata uang dollar AS. Fasilitas tersebut tertuang dalam Peraturan BI (PBI) Nomor 19/11/PBI/2017.

Melalui aturan mengenai transaksi perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal (Local Currency Settlement atau LCS), BI berharap ketergantungan penggunaan dollar AS berkurang sehingga mendukung stabilitas kurs rupiah.

BI juga berharap, melalui aturan ini, pasar mata uang regional lebih berkembang dan akses pelaku usaha untuk membayar kewajibannya dalam mata uang lokal lebih luas.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat Usman mengatakan, fasilitas tersebut sangat membantu pengusaha agar transaksi perdagangan lebih cepat dan lebih efisien. Pengusaha kata Ade, tak perlu membayar biaya transaksi dollar AS terhadap rupiah.

"Memang tergantung pengusahanya. Tetapi kalau kita dengan Thailand masing-masing perlu baht juga untuk beli sesuatu di sana," kata Ade kepada KONTAN, Selasa (17/10).

Ia mencontohkan, misalnya impor buah-buahan asli asal Thailand, biasanya menggunakan mata uang baht. Ia juga menambahkan, Indonesia biasanya mengimpor mobil yang BMW yang dirakit di Thailand.

Meski demikian, Ade juga mengatakan, tak jarang perusahaan-perusahaan di Thailand justru menggunakan mata uang negara lain selain dollar AS.

Misalnya, menggunakan euro. "Biasanya, perusahaan BMW di sana menggunakan euro. Tetapi tergantung principalnya," tambah dia.

Secara umum, Ade mengaku fasilitas tersebut cukup membantu pengusaha. Ketergantungan terhadap dollar AS juga nantinya bisa berkurang.

Ke depan, Ade menginginkan Indonesia juga bisa memfasilitasi pemberian kredit dengan mata uang negara-negara lain, sebagaimana fasilitas transaksi perdagangan bilateral itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×