kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Pemerintah jangan kehilangan momentum


Rabu, 06 September 2017 / 20:55 WIB
Ekonom: Pemerintah jangan kehilangan momentum


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pola konsumsi masyarakat mulai berubah belakangan ini. Bank Amerika Merrill Lynch merilis bahwa setiap generasi masyarakat memiliki pola konsumsi yang berbeda-beda. Pemerintah harus memanfaatkan perubahan ini demi mengoptimalkan penerimaan pajak.

Dalam 4 kategori yang dibagi Merril Lynch, 3 generasi dari tradisionalis, baby boomers, dan generasi X masih menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk bahan makanan. Tradisionalis sebesar 30,4%, baby boomers 27,2%, dan generasi X 25,3%, dan millennial sebesar 21,7%.

Di sisi lain, berdasarkan data Merril Lynch, pengeluaran terbesar dari millennial adalah restoran, bahan bakar/gas, dan hobi/baju/elektronik sebesar 23,8%, 10,8%, dan 18,5%. Angka ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan ketiga generasi lainnya.

Pengeluaran untuk restoran berdasarkan ketiga generasi dari tradisionalis, baby boomers, dan generasi sebesar 12,8%, 13,5%, dan 17,7%. Sementara untuk bahan bakar dihabiskan ketiga generasi ini masing-masing sebesar 6,7%, 8,5%, dan 9,7%. Terakhir, untuk hobi/baju/elektronik dihabiskan ketiga generasi ini sebesar 11,8%, 14,7%, dan 16,8%.

Menurut ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, data ini wajib menjadi pertimbangan pemerintah. Pasalnya, pembagian ini telah dilihat dari kebutuhan tiap generasi yang memiliki kebutuhan berbeda.

Berdasarkan data Merril Lynch, pengeluaran tradisionalis terhadap obat-obatan merupakan terbesar di antara tiga generasi lainnya, yakni 6,4%. Pengeluaran ini pun didasarkan pada fisik tradisionalis yang memang tak lagi muda karena tradisionalis merupakan kelahiran sebelum 1960.

"Pemerintah harus perhatikan ini, jangan sampai kehilangan momentum lagi," ujar Lana ketika dihubungi KONTAN pada Rabu (6/9).

Lana menuturkan, data ini sebaiknya dijadikan pedoman bagi pemerintah untuk memperluas atau mengurangi sektor penerimaan pajak. Misalnya saja dengan menghilangkan kir kendaraan yang menurut Lana penerimaannya kurang bagus saat ini.

Menurutnya, kir ini bisa dihilangkan dan menambah sektor penerimaan pajak dari transportasi online dan e-commerce saat ini. Dalam tiga tahun belakangan, Lana melihat perubahan perilaku belanja konsumen, namun hingga kini pemerintah belum mengikuti perkembangan dengan memperluas penerimaan pajak ke sektor ini.

"Padahal sekarang yang lebih tua seperti baby bloomers pun mulai memakai belanja online ini. Perlu ada review atau kajian khusus dari pemerintah untuk mengikuti perubahan konsumsi per generasi ini," kata Lana.

Ia mencontohkan penerimaan yang bisa ditambah dan dikurangi adalah pajak TV. Jika kini tidak banyak yang menonton TV dengan TV biasa, pemerintah bisa memperluas sektor penerimaan ke aplikasi yang memberikan layanan tontonan streaming seperti Iflix dan Netflix yang disenangi millennial. "Jadi menghilangkan pajak untuk mencari lahan pajak lain dan memasuki ekonomi gaya baru," tutur Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×