kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom khawatirkan efek tahun politik 2018


Rabu, 13 Desember 2017 / 12:57 WIB
Ekonom khawatirkan efek tahun politik 2018


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hambatan eksternal masih akan mewarnai perekonomian Indonesia sepanjang tahun depan. Dengan proyeksi itu, para ekonom pun mengingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan melaksanakan kebijakan agar ekonomi bisa melaju lebih cepat dibandingkan tahun ini. Selain itu, kegaduhan di dalam negeri juga harus ditekan, karena 2018 adalah tahun politik yang rawan terjadi gangguan.

Begitulah ringkasan hasil pertemuan 100 ekonom Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Selasa (12/12). Ekonom kompak memberi warning ke pemerintah atas ekonomi di tahun politik.

Para ekonom berharap pemangku kepentingan semakin berhati-hati membuat keputusan ekonomi. Sebab, ekonomi Indonesia belum tumbuh optimal. "Tahun politik harus jadi momentum memacu perekonomian kita. Tapi, ekonomi bisa juga terancam di tahun politik. Ini bukan bermaksud beri pesimisme atau sinyal negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kita, tetapi mengingatkan," jelas Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati yang membuka acara tersebut.

Tahun depan dianggap tahun politik karena pemilihan presiden (pilpres) akan berlangsung tahun 2019. Jadi, setahun sebelumnya isu-isu pilpres pasti sudah beredar. Tahun depan juga berlangsung pemilihan kepala daerah di tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Para ekonom meminta para politisi bermain cantik. Hindari permainan politik keras, jangan kasar, jangan merusak sistem. "Karena politik itu seperti roller coaster, naik turun. Kalau main politiknya akrobatik, tidak beres, ekonomi akan jatuh juga," ujar Didik J. Rachbini, ekonom senior INDEF.

Pilkada DKI Jakarta adalah contoh kongkrit. Suhu politik panas, banyak demo, sehingga mengganggu iklim investasi dan dunia usaha.

Lana Soelistianingsih, ekonom dari Samuel Sekuritas, menyatakan, ekonomi tahun depan ada potensi melaju kurang efektif. Meskipun konsumsi membaik ekspor bisa jadi andalan. "Tetapi menurut kami belum cukup kuat mengangkat di atas 5,2% karena menjelang pilpres, kegiatan investasi cenderung wait and see," ungkap Lana.

Lana memproyeksi, tahun depan ekonomi domestik tidak akan melompat tinggi. Dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang ia perkirakan sebesar 5,1%, ekonomi tahun depan hanya bisa bertumbuh sebesar 5,15%.

Namun, Presiden Joko Widodo yang hadir di acara menegaskan, tahun politik tidak perlu dikhawatirkan. Mengingat, Indonesia sudah pengalaman menjalani pilkada, pilpres, dan pemilu dengan damai. "Sejak tahun 2014 (pemilu & pilpres), sudah wait and see, sekarang akan wait and see lagi, buat apa?," tandas Jokowi.

Selama tiga tahun terakhir yang penuh dengan agenda politik, perekonomian Indonesia mendapat apresiasi dari lembaga internasional. Standard and Poor;s (S&P) sudah menyematkan predikat layak investasi bagi Indonesia. Lalu, peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia (EODB) meloncat ke level 72 dari urutan 114 tahun di 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×