kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Iklim investasi jangka panjang membaik


Minggu, 06 Agustus 2017 / 17:30 WIB
Ekonom: Iklim investasi jangka panjang membaik


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Nilai arus modal asing yang masuk (capital inflow) hingga akhir Juli 2017 tercatat lebih rendah dibanding Juli 2016. Padahal, pada akhir bulan sebelumnya, besaran capital inflow hampir menyamai posisi akhir 2016.

Capital inflow hingga akhir Juli 2017 tercatat sebesar Rp 131 triliun. Jumlah itu sedikit lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 134 triliun.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta melihat, secara umum likuiditas global juga menipis karena bank sentral negara maju sudah tidak seagresif sebelumnya dalam menggenjot stimulus dan likuiditas. Sementara dari domestik, aliran dana asing ke obligasi masih cukup solid walaupun melambat.

“Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari ekspektasi yang juga dicerminkan oleh daya beli masyarakat yang masih lemah serta rilis laporan keuangan emiten yang di bawah ekspektasi, membuat aliran dana asing konsisten keluar dari pasar saham semenjak akhir Mei,” kata dia kepada KONTAN, Minggu (6/8).

Rangga memperkirakan, dalam jangka panjang, iklim investasi di Indonesia terus membaik dengan perhatian lebih ke pembangunan infrastruktur walaupun dalam jangka pendek, daya beli yang belum pulih akan mengurangi daya tarik investasi.

“Terutama di sektor perdagangan dan jasa,” ucapnya.

Meski begitu, menurut Rangga, istilah anomali ekonomi makro dan mikro untuk menggambarkan kondisi sekarang ini tidak relevan. Pasalnya, siklus GDP Indonesia di fase awal pemulihan memang biasanya didahului oleh perbaikan harga komoditas dan menular segera ke ekspor dan investasi.

“Sangat normal bagi negara yang bergantung oleh ekspor komoditas. Perbaikan konsumsi rumah tangga (RT) biasanya membutuhkan waktu 1,5 hingga dua tahun kemudian,” kata Rangga.

Menurutnya, kemungkinan pemulihan konsumsi RT bisa lebih lama karena saat ini pemerintah rajin mencabut subsidi konsumtif demi ketersediaan belanja infrastruktur.

“Jadi beberapa kuartal ke depan, tren perbaikan ekspor masih akan mendorong perbaikan pertumbuhan PDB secara umum,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×