kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: BI belum butuh untuk kontrol devisa


Rabu, 28 Maret 2018 / 20:37 WIB
Ekonom: BI belum butuh untuk kontrol devisa
ILUSTRASI. Uang rupiah dan dollar AS


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengumumkan bahwa telah menyetujui Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru dan Dody Budi Waluyo sebagai Deputi Gubernur BI.

Usai mengumumkan keputusan DPR itu, Ketua Komisi XI DPR RI Melchias Mekeng menyebut bahwa BI ke perlu menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) baru. Peraturan tersebut terkait dengan kontrol pemerintah atas devisa hasil ekspor (DHE).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, kontrol sepenuhnya terhadap devisa saat ini belum diperlukan. Sebab, akan berimplikasi pada investasi yang akan tumbuh lambat.

“Kalau mau dikontrol seperti China, mata uangnya stabi; tapi konsekuensinya investasi cenderung akan lebih slow karena investor pengennya investasi di suatu negara fleksibel. Sedangkan, kita untuk pembiayaan defisit masih gunakan capital account. Jadi saya pikir karena kita masih mengalami current account deficit (CAD), untuk mengatasi stabilitas dengan capital contol belum cukup optimal,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (28/3).

Namun demikian, dirinya sepakat agar DHE perlu didorong supaya dilaporkan di bank-bank dalam negeri sehingga masuk ke supply valas Indonesia yang terbatas. Terlebih, tahun ini ada isu trade war dan ketidakpastian harga komoditas

“Ini pengaruh ke supply valas di dalam negeri. Jadi, isu mendongkrak kembali devisa hasil ekspor ini memang harus didorong oleh BI untuk eksportir agar dilaporkan, untuk jaga supply valas juga sebenarnya,” ucap dia.

Namun demikian, menurut Josua, yang diperlukan saat ini adalah memperbaiki isu yang sifatnya struktural.

“Ekspornya, kita masih bahan mentah orientasinya, lalu skema-skema seperti local currency settlement harus lebih didorong lagi agar makin mengurangi ketergantungan dengan dollar,” kata dia.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, dengan LCS yang sudah dilakukan oleh BI sangat membantu dalam stabilisasi rupiah. “Rupiah dibandingkan mata uang emerging market lain, volatilitasnya cenderung lebih rendah,” ujarnya kepada Kontan.co.id

Senada dengan Josua, menurut David, kontrol kepada DHE selain harus dilaporkan itu belum diperlukan. Sebab, walau ekspor direpatriasi, defisit tetap terjadi.

“Jadi memang FDI harus didorong dan jangan bergantung komoditas. Jadi lebih ke struktural,” ucapnya.

Selain itu, untuk isu stabilisasi, yang perlu dilakukan BI sebenarnya bisa dengan perdalam pasar finansial saja. Sebab, pasar finansial yang tidak dalam seperti saat ini menyebabkan transaksi hanya ramai di Singapura karena instrumennya beragam.

“Kalau pasar hedging kita makin dalam, keinginan mereka lakukan transaksi di Singapura berkurang,” ucap dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×