kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit transaksi berjalan makin besar


Selasa, 10 Juli 2018 / 06:23 WIB
Defisit transaksi berjalan makin besar
ILUSTRASI. AKTIVITAS BONGKAR MUAT TANJUNG PRIOK


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia diperkirakan akan melebar pada kuartal kedua tahun ini. Namun Bank Indonesia (BI) menegaskan, kondisi tersebut belum menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia overheating.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, neraca perdagangan pada Juni 2018 akan mencatat surplus sekitar US$ 900 juta. Walhasil, neraca perdagangan kuartal kedua 2018 akan defisit US$ 790 juta, lebih tinggi dari kuartal pertama yang hanya sebesar US$ 450 juta. Defisit ini tentu akan berdampak pada pelebaran defisit transaksi berjalan.

Namun, Perry bilang, pelebaran CAD tak perlu dikhawatirkan. Sebab, "Kalau kuartal kedua secara musiman defisit transaksi berjalan agak lebih tinggi dari triwulan pertama. Tetapi secara tahunan, triwulan tiga dan empat akan menurun sehingga keseluruhan tahun akan di bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB)," katanya, Senin (9/7).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memperkirakan, CAD kuartal kedua tahun ini bisa melebihi level 2,5% dari PDB, melebar dari kuartal pertama yang hanya 2,1% dari PDB. Namun, Mirza optimistis, hingga akhir tahun CAD masih akan ada di bawah level 3% dari PDB.

Biarpun CAD diperkirakan melebar pada kuartal kedua tahun ini, Mirza mengatakan, kondisi ini tidak sama dengan semester pertama tahun 2013 silam. Saat itu, pertumbuhan impor tinggi, pertumbuhan kredit juga tinggi di atas 20%, dan harga-harga properti juga tinggi.

Mirza bilang, saat itu, ekonomi Indonesia kemungkinan overheating. "Sedangkan sekarang membesarnya CAD bukanlah cerminan dari situasi overheating," jelasnya. Sebab, pertumbuhan kredit Indonesia masih lambat. Per Mei 2018, pertumbuhan kredit baru mencapai 10,2%–10,3% secara tahunan dan sebesar 2,9%–3% secara year to date.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, CAD kuartal kedua 2018 melebar ke level 2,5%–2,8% dari PDB. Neraca perdagangan Juni akan mencatat surplus sekitar US$ 700 juta-US$ 1 miliar sejalan dengan penurunan impor. Dengan demikian, defisit neraca perdagangan kuartal kedua tahun ini diperkirakan mencapai US$ 590 juta–US$ 890 juta.

Menurutnya, meningkatnya defisit neraca perdagangan tersebut didorong oleh peningkatan defisit neraca migas terutama sejak April lalu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Ditambah lagi, harga minyak mentah yang terus meningkat.

Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, pembayaran dividen ke luar negeri dan pembayaran utang pemerintah akan lebih besar. "Maka defisit neraca perdagangan barang dan defisit neraca pendapatan primer menjadi penyumbang utama defisit yang besar di kuartal kedua," jelas Josua.

Meski demikian, Josua optimistis CAD di kuartal ketiga dan keempat nanti akan menurun. Sehingga, "Full year kami lihat CAD akan di kisaran 2,3% dari PDB," tambah Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×