kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daya beli masyarakat kembali melambat


Jumat, 09 September 2016 / 18:43 WIB
Daya beli masyarakat kembali melambat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Daya beli masyarakat yang menguat pada kuartal II disebabkan oleh faktor musiman. Sebab pasca Lebaran, daya beli masyarakat kembali melemah. Ini terindikasi dari hasil survei penjualan eceran di bulan Juli dan Agustus oleh Bank Indonesia (BI).

Pada bulan Juli, indeks penjualan riil (IPR) tercatat tumbuh 6,7% year on year (yoy). Ini lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 16,4% yoy. Adapun pertumbuhan IPR Juli 2015 juga cukup rendah, hanya 8,5% yoy.

Sementara itu, IPR bulan Agustus diproyeksi tumbuh 14,6% yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan Juli 2016. Namun demikian, pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut disebabkan karena pertumbuhan Agustus 2015 lalu cukup rendah, hanya 5,8% yoy.

Perlambatan penjualan ritel pada bulan Juli 2016 terjadi pada kelompok makanan yang pertumbuhannya menurun menjadi 6,1%  yoy dari bulan sebelumnya yang sebesar 15,2% yoy. Perlambatan penjualan ritel juga terjadi pada kelompok non makanan yang pertumbuhannya menurun menjadi 7,7% dari sebelumnya 18,3%.

Mayoritas penjualan kelompok non makanan tercatat mengalami pertumbuhan yang lambat. Perlambatan terbesar terjadi pada kelompok sandang sebesar -30,2%. 

Sementara itu untuk Agustus, hasil survei memperkirakan penjualan ritel makanan tumbuh 16,4%  yoy. Untuk kelompok non makanan, pertumbuhan penjualan secara tahunan tertinggi terjadi pada kelompok suku cadang dan aksesoris sebesar 21,6%  yoy dan diikuti kelompok perlengkapan informasi dan komunikasi 20,7%  yoy.

Secara bulanan, IPR Juli 2016 bahkan tercatat terkontraksi sebesar 0,5% dibanding bulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan IPR Agustus diperkirakan terkontraksi lebih dalam lagi, yaitu 6,7% dibanding Juli 2016. Kontraksi penjualan ini kembali terjadi setelah Januari dan Februari lalu.

Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Juda Agung mengakui, beberapa indikator konsumsi rumah tangga belum menunjukkan perbaikan signifikan. Oleh karena itu, pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini relatif lebih rendah dibandingkan kuartal kedua yang tercatat sebesar 5,18%. "Tetapi masih bisa mencapai 5,1%," kata Juda, Jumat (9/9).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×