kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga acuan naik tak mengganggu ekonomi


Jumat, 18 Mei 2018 / 06:27 WIB
Bunga acuan naik tak mengganggu ekonomi
ILUSTRASI. Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan kenaikan bunga acuan sebesar 25 basis poin. Kenaikan bunga acuan BI dilakukan untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.

Setelah naik 25 bps, kini BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi 4,5%. Kemudian, deposit facility naik menjadi 3,75% dan lending facility naik menjadi 5,25%. Suku bunga acuan ini berlaku efektif mulai hari ini, 18 Mei 2018 hingga kebijakan baru diambil dalam RDG bulan depan.

Keputusan ini sejalan dengan perkiraan banyak ekonom. Kenaikan suku bunga acuan BI ini diharapkan mengurangi tekanan di pasar keuangan domestik.

Maklum, belakangan asing gencar keluar dari pasar dalam negeri. "Kenaikan suku bunga adalah bagian dari bauran kebijakan untuk menjaga perekonomian. Kami juga akan jaga stabilisasi rupiah sesuai fundamentalnya," terang Gubernur BI Agus Martowardojo dalam konferensi pers, Kamis (17/5).

Di pasar surat berharga negara (SBN), dana asing masih sekitar Rp 827 triliun pada 16 Mei 2018. Nilai itu turun dari posisi 2 April 2018 yang senilai Rp 861,35 triliun.

Di pasar saham, investor asing net sell Rp 42 triliun dari awal tahun hingga 17 Mei 2018. Keluarnya asing itu turut menekan nilai tukar rupiah. Sejak 9 Mei 2017, kurs rupiah di atas Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai kebijakan BI dapat mengurangi risiko di pasar. Ini juga memberikan sinyal kepada market bahwa BI tidak behind the curve. Dia optimistis kenaikan bunga acuan tidak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. "Impact ke growth minim," jelas Anton.

Apalagi efek kenaikan suku bunga acuan terhadap pertumbuhan ekonomi juga butuh waktu transmisi dan tidak serta merta. "Jadi misalkan pertumbuhan ekonomi (bakal) turun jadi 5% dari 5,2%, enggak akan seperti itu," tandas Anton.

Setelah kenaikan suku bunga acuan, Anton bilang, BI bisa fokus membenahi transaksi berjalan (CAD) yang defisit US$ 5,5 miliar atau 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada Triwulan I-2018. Meski masih di level yang aman di bawah 3% dari PDB, defisit transaksi berjalan akan melebar pada kuartal kedua akibat aktivitas impor. "CAD menjadi sesuatu yang harus diperhatikan, bukan karena jelek banget. Tapi bisa menjadi titik risiko yang dilihat di semua negara yang terkena tekanan currency," katanya.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman menyatakan, kenaikan BI-7DRRR akan mendorong investor melakukan valuasi ulang dalam berinvestasi di Indonesia. Hal ini bisa mencegah derasnya aliran dana asing yang keluar dari pasar keuangan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×