kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biodiesel terancam kebijakan Trump


Selasa, 24 Januari 2017 / 07:48 WIB
Biodiesel terancam kebijakan Trump


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Para eksportir biodiesel tengah dilanda kegelisahan pasca pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (20/1) lalu. Pasalnya, ekspor biodiesel dilanda ketidakpastian akibat langkah Trump yang akan mengevaluasi atau membatalkan kebijakan yang dilakukan Presiden AS sebelumnya, Barack Obama.

Sekedar informasi, selama ini, pemerintah AS memberi subsidi harga biodiesel sehingga harga biodiesel di negara tersebut terpaut sekitar Rp 4.500 per kilogram (kg) lebih murah ketimbang harga minyak dari fosil.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Bayu Krisnamurthi mengatakan, berdasarkan data BPDPKS, ekspor biodiesel Indonesia ke AS dari Januari-November 2016 mencapai 1,2 juta ton.

Pasar biodiesel Indonesia ke AS tergolong baru berkembang dan dinilai sebagai pasar minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang prospektif sehingga perlu mendapat perhatian serius. Penggunaan biodisel di AS bisa berkembang karena mendapatkan subsidi dari pemerintahnya.

"Kalau kebijakan anggaran Trump menghapus subsidi tentu akan membuat biodiesel sulit bersaing di AS. Karena itu, sekarang kita dalam posisi menunggu kebijakan Trump terkait biodisel ini," ujar Bayu, Senin (23/1).

Bayu mengatakan, harga biodiesel di AS memiliki selisih sekitar US$ 30 sen hingga US$ 40 sen per kilogram (kg) lebih murah ketimbang harga minyak bumi. Perbedaan selisih harga ini dinilai sangat signifikan bagi warga AS untuk mengonsumsi biodiesel.

Bayu bilang, bila Trump menghapus subsidi ini, BPDPKS memprediksi ekspor biodisel ke AS akan turun drastis. Bayu berharap Trump tidak menghapus subsidi biodiesel sehingga ekspor biodisel Indonesia ke AS akan terus meningkat.

Alihkan ke Uni Eropa

Kendati begitu, Bayu menyebut tak bisa berbuat apa-apa jika Trump akhirnya menghapus subisdi biodiesel di AS. Ia pun menyebut akan menggenjot pasar ekspor lain yang tengah berkembang seperti dua negara Uni Eropa, yakni Spanyol dan Italia.

BPDPKS mencatat hingga November 2016, ekspor biodisel ke dua negara tersebut lebih dari 2 juta ton. "Jadi selain AS, kedua negara di Eropa ini juga menjadi perhatian serius bagi kita," imbuh Bayu.

Selain negara tersebut di atas, ada empat negara utama yang menjadi tujuan ekspor CPO dan produk turunannya. Pertama adalah India sebesar 5,1 juta ton pada November 2016, disusul China (2,8 juta ton), Belanda (2,5 juta ton), dan Pakistan (1,8 juta ton).

Negara-negara ini menjadi perhatian utama para pemain di bisnis CPO agar ekspor CPO indonesia tetap tinggi yang diprediksi tahun ini bisa naik 8,5% dari tahun lalu sebesar 25,7 juta ton.

Corporate Affairs Musim Mas Group Togar Sitanggang mengatakan kekhawatiran sejumlah pihak akan kebijakan Trump, khusus pada ekspor produk CPO dan turunannya, masih sebuah asumsi.

Untuk itu, pelaku usaha masih menunggu kepastian kebijakan tersebut. Togar juga menegaskan, ekspor CPO ke AS tidak hanya biodiesel, tapi ada juga ekspor untuk produk bahan makanan karena minyak sawit tidak mengandung trans fatty acid yang selama ini disebut-sebut berbahaya bagi kesehatan.

Togar bilang, Trump yang tidak percaya terhadap isu perubahan lingkungan sebenarnya bisa menjadi peluang bagi industri CPO untuk masuk ke AS. Namun, Togar tak berani menjamin apakah kebijakan Trump kelak akan menguntungkan CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×