kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Powell dari sisi policy harusnya sama dengan Yellen


Jumat, 02 Maret 2018 / 13:30 WIB
BI: Powell dari sisi policy harusnya sama dengan Yellen
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berharap gaya kebijakan moneter yang akan diambil oleh Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) Jerome Powell sama dengan gubernur sebelumnya, Janet Yellen yang hati-hati.

"Powell dari sisi policy seharusnya sama dengan Yellen yang cenderung hati-hati dalam menyesuaikan kebijakan moneter," kata Doddy Zulverdi, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI di Gedung BI, Kamis (1/3)

Ia menilai, pidato perdana Powell di Kongres AS pada Selasa lalu memang cenderung hawkish sehingga membuat gejolak di pasar keuangan. Namun, ia memandang sebenarnya pidato Powell hanya lanjutan dari kebijakan Yellen, tak berbeda.

"Kalau saya melihatnya, pidato Powell refleksi dari kebijakan lanjutan Yellen. Kalau kemarin itu dinilai lebih hawkish, mungkin karena Powell ingin menunjukkan bahwa dia sudah firm sebagai chairman," kata Doddy.

Sebab, menurut Doddy, hal-hal yang disampaikan dalam pidato Powell beberapa waktu lalu sebenarnya sudah diketahui pasar. Yakni, "Bahwa ekonomi akan lebih baik, inflasi akan naik. Jadi tidak ada yang baru. Saya melihat dari pola komunikasinya, ia ingin mempertegas dan firm dari apa yg The Fed telah sampaikan sebelumnya," ucapnya.

Pada Jumat (2/3), kurs tengah BI menunjukkan nilai tukar rupiah di Rp 13.746 per dollar AS. Doddy bilang, nilai tukar rupiah ini sudah di luar fundamentalnya. Sebab, menurut BI, ada banyak variabel ekonomi domestik yang positif.

“Mulai dari PDB yang membaik di kuartal IV-2017 karena ekspor dan investasi, lalu inflasi yang rendah, neraca dagang, cadangan devisa masih rekor US$ 132 miliar. Hal ini juga ditambah dengan kekuatan rating dari Fitch, JCRA, dan indeks Barclays,” jelas Doddy.

Oleh karena itu, menurut Doddy, dalam pelemahan rupiah ini, penyebabnya lebih disebabkan oleh faktor global di mana puncak dari keperkasaan dollar AS adalah ketika The Fed melangsungkan rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×