kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI cenderung ketat, pemerintah perlu prioritaskan daya beli


Rabu, 30 Mei 2018 / 21:22 WIB
BI cenderung ketat, pemerintah perlu prioritaskan daya beli
ILUSTRASI. Penjelasan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan lagi suku bunga acuan 7-day reverse repo rate untuk kedua kalinya pada tahun ini sebesar 25 bps setelah beberapa waktu lalu menaikkan 25 bps. Hal ini untuk merespon gejolak dari global.

Meski begitu, dalam saat yang bersamaan, BI tengah menyiapkan kebijakan makroprudensial melalui relaksasi rasio pinjaman atau kredit terhadap nilai agunan (loan to value atau LTV) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski demikian demand dari masyarakat masih cenderung lemah.

Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi mengatakan, permintaan kredit masih belum kuat karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tertekan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjalankan kebijakan fiskal yang fokus pada daya beli.

“Untuk dorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah mesti menjalankan kebijakan fiskal yang ekspansif, dengan prioritas utama pada perbaikan daya beli masyarakat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/5).

Eric melihat, hal ini sudah diupayakan oleh pemerintah via berbagai kebijakan, misalnya bansos dan subsidi energi agar harga BBM subsidi dan Tarif Dasar Listrik (TDL) tidak naik. Dengan demikian, kebijakan ini tinggal dilihat saja apakah berhasil atau tidak.

Namun demikian, masih ada yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. “Yakni untuk jaga stabilitas harga, pemerintah mesti jaga ketersediaan pasokan barang. Dan berusaha untuk tidak naikkan administered prices,” jelasnya.

Ia melanjutkan, sehatnya daya beli masyarakat juga menentukan pertumbuhan ekonomi dari sisi investasi. Sebab, jika konsumsi masyarakat menguat, investasi bisa tumbuh lebih cepat.

“Salah satu faktor yang pengaruhi keputusan investasi investor sektor riil yang berorientasi pasar domestik adalah kondisi demand atau konsumsi masyarakat,” kata dia.

Oleh karena itu, beberapa insentif yang sudah diluncurkan maupun sedang digodok oleh pemerintah, seperti Online Single Submission, tax holiday, tax allowance, tidak bisa diharapkan untuk mendukung ekonomi dalam jangka pendek.

“Butuh waktu, dan sifatnya hanya memfasilitasi. Keputusan berinvestasi tetap di tangan investor,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×